BAKAUHENI – Turnamen bergengsi Dream Come True (DCT) road to Cina 2019 resmi berlangsung di lapangan sepak bola Desa Totoharo, Kecamatan Bakauheni, Minggu (31/3) kemarin. Para siswa sekolah sepak bola (SSB) se-Lampung Selatan berkesempatan untuk bermain di negeri tirai bambu melalui kompetsisi itu. Meski tujuannya memasarkan pemain muda ke tingkat nasional luar negeri, nyatanya turnamen ini tak mendapat dukungan penuh dari berbagai instansi dan institusi yang ada di wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Hal ini pun sangat disayangkan karena seharusnya instansi dan institusi mendukung penuh kegiatan yang sangat positif. Dukungan dari pemerintah memang sangat diperlukan dalam penyelenggaraan turnamen sepak bola, apalagi ini menyangkut para pemain muda di Lampung Selatan. Apalagi bagi siswa SSB yang notabenenya adalah atlet yang dituntut menjaga kesehatan tubuh. Tuntutan ini bisa menjauhkan para siswa nari hal-hal negatif seperti rokok, minuman, dan narkoba. Seperti yang diterapkan di Coach SSB Bintang Selatan, Danial. Pria asal Desa Sukabaru, Kecamatan Penengahan ini mengaskan akan memecat para pemainnya yang ketahuan atau kedapatan merokok. Menurutnya, rokok bisa memberikan dampak buruk bagi perkembangan tubuh anak-anak usia 16 tahun yang berniat menjadi atlet sepak bola. “Tidak boleh, yang berbau negatif tidak boleh. Kalau ketahuan langsung kami pecat,” katanya kepada Radar Lamsel, Minggu (31/3) kemarin. Kepala Desa Totoharjo Imam Bukhori mengakui jika turnamen yang diselenggarakan di wilayahnya itu tak mendapat dukungan penuh dari instansi dan institusi yang ada di pemerintahan di Bumi Khagom Mufakat. Sebelum penyelanggaraan turnamen, Imam mengaku sempat mengunjungi sejumlah instansi dan dinas yang membidangi masalah olah raga. Namun tak ada respons positif. Imam pun sangat menyayangkan hal itu. Menurut Imam, turnamen apa pun yang memiliki dampak positif, apalagi memiliki tujuan mengembangkan karir atlet usia muda sangat layak mendapat dukungan dari PSSI Lampung Selatan, KONI, Dinas Pemuda dan Olahraga, Kepolisian, dan Badan Narkotika Nasional (BNN). Imam menegaskan bahwa dukungan dari berbagai instansi dan dinas diperlukan untuk pengembangan skill dan rencana penyelenggaraan setiap turnamen atau gelaran turnamen berikutnya. Kemudian, institusi seperti kepolisian dan BNN mendukung agar para atlet muda tak terjerumus dalam pergaulan yang negatif. “Semuanya punya peran. PSSI, KONI, dan Dispora dalam hal pengembangan dan penyelenggaraan. Kita semua juga tahu jika polisi dan BNN memiliki tupoksi utama dalam pemberantasan narkoba. Nah, kegiatan seperti ini harus di-support. Kalau perlu mereka menjelaskan seperti apa bahaya narkoba supaya atlet mawas diri,” katanya. (rnd)
Pembinaan Atlet Minim Support Dari Instansi dan Institusi
Senin 01-04-2019,08:55 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :