Masuki Musim Kemarau, Petani Diminta Percepat Masa Tanam

Senin 15-04-2019,08:54 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

PENENGAHAN - Menurut prediksi pada akhir April mendatang, wilayah Kecamatan Penengahan diprediksi memasuki musim kemarau. Petani pun diminta mempercepat masa tanam untuk menghindari kekurangan ketersediaan air. Hal ini harus cepat dlaksanakan oleh petani sebagai bentuk antisipasi. Sebab, ada banyak kekhawatiran yang muncul pada musim kemarau. Salah satunya kekeringan.           Petugas pengamat/pengukur curah hujan (250A) Kecamatan Penengahan, Syafruddin, mengutarakan alasan kenapa petani harus mempercepat masa tanam. Menurut Syafruddin, hal itu disebabkan karena ketersediaan air saat ini masih mencukupi. Sebaliknya, jika masa tanam dilakukan pada Mei, dikhawatirkan pada tengah perjalan tanaman akan kekurangan air.           Dia melanjutkan, musim kemarau yang melekat dengan kekerinagn akan rentan menyerang semua jenis tanaman secara umum. Khususnya tanaman jagung. Kondisi kekeringan kemungkin terjadi lebih parah jika daerah-daerah tanaman masuk dalam wilayah yang minim sumber air.           “Hitungannya secara umum, terutma jagung. Seandainya ditanam di bulan Mei, kami memprediksi pasti kekurangan (air). Dan kami lebih khawatir lagi kondisi itu bisa menyebabkan puso,” katanya kepada Radar Lamsel, Minggu (14/4) kemarin.           Syafruddin menjelaskan, prediksi yang disampaikan tersebut memiliki kekuatan dan dilandasi dengan data yang telah dihimpun. Iklim bulan April 2019 hampir sama pada bulan April 2014. Pada April, lima tahun yang lalu, curah hujan 0mm. Sedangkan pada April ini curah hujan 9mm. Atas dasar inilah petani diimbau melakukan masa tanam sesuai dengan waktu yang disarankan. “Kita memakai data 5 tahun yang lalu. Prakiraan cuaca ini adalah info dari BMKG sebagai pendukung data yang kita miliki. Jadi, data cuaca ini akan membantu petani kapan melakukan masa tanam yang tepat,” katanya.           Lebih jauh, Syafruddin mengatakan bahwa Kecamatan Penengahan memiliki potensi jagung seluas 8.700 hektar, yang secara keseluruhan masuk daerah rawan kekeringan. Ada beberapa desa yang masuk dalam kawasan rawan kekeringan, lahan sawah seluas 180 hektar, dan lahan jagung seluas 1.230 hektar yang ada di Desa Gandri, lahan jagung seluas 1.780 hektar dan lahan sawah 169 di Desa Kelaten, lahan jagung 237 hektar di Desa Rawi, lahan jagung seluas 1.421 hektar di Desa Tetaan, dan lahan jagung seluas 500 hektar di Desa Ruang Tengah. “Untuk tanaman jagung, secara menyeluruh masuk dalam kategori rawan. Kalau sekarang tanaman padi menjelang panen, diharapkan setelah panen langsung olah tanah. Ini harus dilakukan sebagai bentuk antisipasi musim kemarau yang akan datang,” katanya. (rnd)

Tags :
Kategori :

Terkait