PENENGAHAN – Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Penengahan kembali memakai agens hayati untuk mengedalikan serangan hama. Namun kali ini, POPT memakai tiga aplikasi dalam penerapannya, yaitu PGPR, metahirzium, dan trychocompos. Aplikasi ini juga disertai dengan penggunaan pestisida nabati. Petugas POPT Kecamatan Penengahan, Syafruddin, mengatakan bahwa ketiga aplikasi itu mempunyai peranan yang berbeda-beda. Syafruddin menjelaskan PGPR berfungsi yang bagus untuk perkembangan akar. Sedangkan Metarhizium untuk mengendalikan hama jenis ulat. Terakhir, Trychocompos berguna untuk mencegah penyakit yang disebabkan atau berasal dari tanah. Menurut Syafruddin, agens hayat ini cocok untuk semua tanaman karena bersifat memberi parasit terhadap hama. “Dan secara otomatis hama akan terparasit,” katanya kepada Radar Lamsel, Selasa (18/6) kemarin. Meski sama-sama melindungi tanaman, agens hayati dengan tanaman refugia memiliki fungsi yang berbeda. Syafruddin mengatakan bahwa refugia hanya menjadi tempat pengelolaan musuh alami. Tetapi, kata dia, pada prinsipnya keduanya memiliki kesamaan karena kandungan yang terdapat dalam AH adalah mahluk hidup. “PGPR jenisnya bakteri, Metharhizium jenisnya virus, dan Trycho jenisnya patogen. Karenanya, jika agens hayati dipadukan dengan tanaman refugia, maka hasilnya akan sangat bagus. Kenapa, karena keduanya selalu berdampingan,” katanya. Penerapan PHT (pengendalian hama terpadu) sangat perlu dilakukan. Jika hal ini dtak diterapkan, maka akan timbul serangan hama yang membawa penyakit. Contohnya, tanaman padi di Kecamatan Palas yang saat ini terjadi disebabkan oleh serangan wereng. Hal ini disebabkan oleh aplikasi pestisida kimia yang sangat tinggi. Serangan hama ini disebabkan karena petani di kecamatan itu belum menerapkan PHT. (rnd)
Jaga Serangan Hama, Terapkan Aplikasi Agens Hayati
Rabu 19-06-2019,08:53 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :