KALIANDA – Gelombang tsunami yang tak terdeteksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) melanda Lampung Selatan beberapa waktu lalu menjadi pelajaran penting bagi khalayak. Tindaklanjut dari bencana mematikan itu, BMKG melalui Stasiun Geofisika Kotabumi memastikan saat ini Selat Sunda sudah dikepung oleh alat pendeteksi gempa dan tsunami. Itu terungkap pada gelaran Sekolah Lapang Geofisika (SLG), dalam membangun masyarakat tanggap gempa dan tsunami, di Aula Legundi Grand Elty Krakatoa Nirwana Resort, Kalianda, Senin (15/7) kemarin. Deputi Geofisika BMKG Pusat Muhammad Sadly dalam mengatakan, kegiatan Sekolah Lapang Geofisika pada intinya dilaksanakan guna membangun koordinasi antara BMKG dengan Pemkab Lampung Selatan, sekaligus memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang tanggap kebencanaan. Menurutnya, pemkab Lamsel memiliki jangkauan yang sangat luas dalam hal melakukan tindakan ketika terjadinya bencana alam. “Peristiwa tsunami yang terjadi di selat sunda yang melanda Lampung Selatan dan Banten beberapa waktu lalu, itu tidak bisa di deteksi oleh BMKG. Sebab, tsunami yang terjadi diakibatkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK). Oleh karena itu, dengan adanya kegiatan SLG ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan tentang berbagai potensi gempa dan tsunami, sekaligus pemahaman mengenai informasi gempa dan peringatan dini tsunami,” ujar Muhammad Sadly. Dia menjelaskan, bahwa sistim peringatan dini tsunami yang dibangun merupakan sistim yang berbasis gempa tektonik. Pelajaran dari peristiwa tsunami Selat Sunda adalah perlunya sistim peringatan dini tsunami akibat peristiwa nonseismik, seperti aktivitas gunung api di laut. “Oleh karena itu, untuk deteksi dini tsunami di Selat Sunda saat ini Selat Sunda sudah dikepung oleh puluhan alat pendeteksi salahsatunya unit buoy yang dipasang oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),” terangnya. Ia pun meyakinkan kepada seluruh peserta, bahwa Sistim Peringatan Dini Tsunami Indonesia saat ini merupakan sistim yang baik dan diakui untuk menjadi Tsunami Service Provider untuk wilayah Indian Ocean. “Meski bagaimanapun baiknya sistim yang dibangun, tentunya kemampuan masyarakat untuk melakukan evakuasi mandiri juga perlu dibangun. Supaya masyarakat tetap selalu siaga menghadapi gempa dan tsunami,” katanya. Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Setkab Lampung Selatan Supriyanto menyatakan, dalam menghadapi peristiwa bencana alam seperti gempa bumi ataupun tsunami yang terjadi, para peserta yang ikut dalam kegiatan SLG diminta agar tidak panik, dan tetap pokus untuk mendahulukan naluri. “Bagaimana kita mau menolong orang lain, kalau kita sendiri yang melaksanakan SLG panik duluan ketika terjadi bencana alam,” tutur Supriyanto. Supriyanto mengungkapkan, kegiatan SLG yang diselenggarakan oleh BMKG, tentunya mengingatkan kembali terhadap peristiwa bencana alam yang pernah terjadi di Lampung Selatan. “Oleh sebab itu, saya harapkan semua ilmu yang didapat dari Sekolah Lapang Geofisika ini, nantinya bisa ditularkan kepada masyarakat secara luas,” harapnya. Kegiatan SLG yang diikuti sebanyak 50 peserta dari berbagai dinas/instansi, organisasi, mahasiswa, dan elemen masyarakat itu dirncanakan berlangsung selama dua hari (15-16 Juli). (iwn)
Alat Deteksi Tsunami Kepung Selat Sunda
Selasa 16-07-2019,09:22 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :