Rusak, Pesing, dan Vandalisme di Dermaga Bom

Rabu 07-08-2019,09:24 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KALIANDA – Lokasi wisata kuliner dermaga Bom Kalianda tak terurus. Kerusakan, pesing, dan vandalisme mewarnai lokasi wisata yang pernah hits medio 2017-2018 ini. Akibat tiga hal itu, dermaga Bom Kalianda mulai ditinggalkan oleh pengunjungnya. Selin itu, banyak juga fasilitas umum yang rusak. Mulai dari panggung, toilet, dan fasilitas lainnya. Kerusakan itu berbuntut pada sepinya pengunjung. Kemudian berimbas pada penghasilan pedagang yang berjualan. Omzet mereka turun 80 persen dari biasanya. Para pedagang meminta Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan bergegas membenahinya. “Tiap malam minggu diadakan hiburan saja, tak perlu hiburan besar-besar. Misalnya pentas seni, yang penting ada acara. Itu aja udah, memicu orang ramai kok,” kata pedagang dermaga Bom Kalianda, Putri, kepada Radar Lamsel, Selasa (6/8) kemarin. Putri mengaku tidak muluk-muluk meminta harapan, Ia hanya meminta pemerintah bergerak untuk meramaikan lagi pengunjung di dermaga Bom Kalianda. Menurut Putri, yang hilang dari dermaga Bom Kalianda adalah hiburannya. Jika dulu ada pentas seni setiap pekan, sekarang suasana itu sudah tak ada lagi. “Kalau sekarang mah aduh, susah banget. Sepi. Lah, (siang) ini buktinya saja enggak ada orang. Kita kan sudah lama ya di sini, jadi tau kapan mau ramainya, kapan sepinya,” ucapnya. Jahri, pedagang lainnya, membandingkan kondisi tahun ini dengan 2018 lalu. Tepatnya sebelum bencana tsunami. Kala itu, kata Jahri, dermaga Bom Kalianda selalu ramai. Jika dipersentasekan dari 10 persen ke 100 persen, jumlah pengunjung dermaga Bom Kalianda saat ini hanya 10 persen. “Jauh, jauh banget. Sebelum tsunami itu ramai sekali. Tapi setelahnya turun drastis. Bisa jadi 90 persen pengunjung sudah enggak ada lagi, mungkin sekarang cuma 10 persen. Saya juga lama di sini, jadi paham,” ujarnya. Kedua pedagang yang sudah berjualan selama bertahun-tahun di dermaga Bom Kalianda ini meminta dinas dan instansi terkait turun tangan. Apalagi, mereka beranggapan kalau dermaga Bom merupakan ikon Kota Kalianda yang telah dikenal banyak orang. Kritikan terhadap wisata dermaga bom tak sebatas infrastruktur saja. Beberapa pengunjung yang sengaja datang berburu senja tepi pantai, juga mengeluhkan bunyi bising musik koplo yang diputar oleh oknum pedagang disore hari. Praktis, momentum menanti senja tak lagi dapat dinikmati lantaran musik koplo yuang diputar dengan volume maksimal. Pengunjung menyarankan, seyogyanya pemutaran musik dilakukan setelah matahari terbenam saja. “ Ini sih saran saja. Mohon ditegur oleh yang bisa menegur, oknum pedagang yang suka memutar musik koplo keras-keras disore hari. Lebih baik mendengar bising pengunjung dari pada mendengar musik koplo keras-keras. Yang tadinya mau melihat matahari terbenam malah pulang lebih awal,” ucap Astrdi (22) pengunjung asal Bandar Lampung. (rnd)

Tags :
Kategori :

Terkait