KALIANDA – Rencana pembangunan daerah yang menguatkan sektor industrialisasi dan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan mendapat dukungan akademisi di Bumi Khagom Mufakat. Ketua STIE Muhammadiyah Kalianda Tamam, S.E.,M.M mendukung rencana Bupati Lampung Selatan Dr. H. Zainudin Hasan yang memproyeksikan pembangunan di Lamsel juga difokuskan pada sektor industrialisasi dan pariwisata. Sama halnya seperti Zainudin, Tamam juga berkeyakinan bahwa sektor industrialisasi dan pariwisata akan mendorong akselerasi pembangunan di kabupaten paling ujung pulau sumatera ini. “Ini langkah yang progress menurut saya. Memang hanya industrialisasi dan pariwisata yang mampu mempercepat kemajuan. Karena dampaknya banyak. Multiplayerefek istilahnya. Impact-nya (dampaknya) sangat luas,” ungkap Tamam kepada Radar Lamsel dalam wawancara di STIE Muhammadiyah Kalianda, kemarin. Dari aspek ekonomi, kata Tamam, sektor industri dan pariwisata adalah pendongkrak perekonomian. Diberbagai daerah yang ada di Indonesia bahkan negara yang ada didunia, sektor ini yang menjadi andalan. “Pertanian, kelautan, kehutanan dan perkebunan tetap harus dijaga. Sektor ini sebagai penunjang,” ungkap dia. Menurut Tamam, industri dan pariwisata akan melahirkan banyak aspek ekonomi. Utamanya ekonomi mikro yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Mulai dari pedagang kaki lima sampai tumbuhnya pengusaha-pengusaha jasa dibidang apapun. “Ini akan menjadi gairah pembangunan yang positif. Tinggal bagaimana pemerintah benar-benar dapat menata secara komprehensif proyeksi pembangunan ini,” ungkap dia. Kendati begitu, Tamam mengungkapkan penguatan sektor industri dan pariwisata tidaklah mudah. Terlebih di Kabupaten Lampung Selatan. Keterbatasan energi listrik menjadi salah satu hambatan yang akan menghadang proyeksi pembangunan ini. Lalu, mengenai kultur yang ada di Lamsel dan infrastruktur. “Infrastruktur sudah menjadi prioritas era kepemimpinan Bupati H. Zainudin Hasan ini. Tinggal kultul kita dan ketersediaan energi. Ini akan menjadi salah satu hambatan yang harus diselesaikan,” ungkap Tamam. Kultur di Lamsel, kata Tamam, harus dapat dirubah. Utamanya dalam memberikan rasa keamanan dan kenyamanan pada setiap pendatang yang berkunjung ke Lamsel. “Di daerah-daerah maju maju yang mengedepankan wisata, handpone kita tertinggal di tempat makan itu tidak akan hilang. Apakah kita bisa seperti itu? Ini salah satu contoh,” ungkap Tamam. Namun Tamam meyakini meski lambat tapi pasti, masyarakat Lamsel pada akhirnya akan bisa merubah kultul ini. Tinggal bagaimana pemimpin di Lamsel secara terus menerus membangkitkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keramah-tamahan kepada pendatang. “Kultul ini bukan hambatan yang sulit sebenarnya. Sebab, saya melihat sekarang ini sudah banyak masyarakat yang mulai memanfaatkan kearifan lokal untuk menjadi gaet-gaet wisata yang ada di Rajabasa. Contohnya gaet dan/atau jasa sewa kapal ke pulau mengkudu,” ungkap dia. Yang paling menjadi hambatan adalah ketersediaan energi listrik. “Nah, listrik ini menjadi pemicu utamanya. Sekarang saja kita keluhkan soal pemadaman listrik,” ungkap mantan Tim Seleksi Anggota KPU Lamsel ini. Ketersediaan listrik, sambung Tamam, berbanding lurus dengan proyeksi pembangunan industri dan wisata. Tanpa adanya listrik, Tamam memastikan industrialisasi dan pariwisata di Lamsel akan sulit berkembang. “Mengenai listrik ini juga sebenarnya ada solusinya. Yakni rencana suplay energi listrik dari Gunung Rajabasa yang akan dibangun PLTP Rajabasa. Hanya saja ini juga perlu dukungan dari kultul juga. Agar menerima pembangunan ini untuk kepentingan yang luas,” pungkas Tamam. Ketersediaan energi memang menjadi masalah utama pengembangan wisata di Lamsel. Managemen Kahai Beach Resort di Desa Batubalak, Kecamatan Rajabasa juga mengeluhkan kondisi ini. Bahkan, tegangan listrik di salah satu objek wisata alam dan pantai itu tak maksimal. “Ya, mau bagaimana. Kami hanya bisa memohon maaf kepada pelanggan karena listriknya mati hidup. Kami sudah berupaya maksimal,” kata Nazwa, marketing kahai Beach Resort kepada Radar Lamsel beberapa waktu lalu. Pemilik Tats and Suca Villa di Pantai Wartawan, Desa Waymuli, Kecamatan Rajabasa H. Susman juga mengeluhkan kondisi listrik. Susman memang mengandalkan pencahayaan lampu agar salah satu destinasi wisata yang dimiliki, diminati publik. Namun, tegangan listrik yang rendah menjadi hambatan. “Tinggal listriknya saja. Kalau didukung listrik, bukan hanya disini. Villa-villa akan terbangun bagus,” pungkas dia. (edw)
Energi Hambat Proyeksi Industri dan Pariwisata
Selasa 15-03-2016,09:32 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :