RAJABASA - Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) menurun perlahan. Sampai pukul 12.29 WIB, Minggu (12/4/2020) kemarin, gunung berapi sarat histori itu telah berhenti erupsi. Demikian yang disampaikan Kepala Pos Pemantau GAK Hargopancoran, Andi Suwardi, saat dikonfirmasi Radar Lamsel. Andi mengatakan terakhir kali GAK erupsi terjadi pada Sabtu (12/4/2020). Di hari itu, Anak Krakatau mengalami erupsi sebanyak 5 kali. Letusan asap kelabu dan hitam yang keluar dari tubuh GAK mencapai ketinggian 200-2000 meter di atas puncak kawah. Pengamatan visual CCTV dengan letusan strombolian tinggi 200-500 meter. Status kegempaan menyebutkan GAK membuat hembusan sebanyak 8 kali, amplitudo 19-40 mm dengan durasi 25-50 detik. Tremor non harmonik dengan jumlah 2, amplitudo 40 mm dengan durasi 8874-21600 detik. Selanjutnya low frekuensi berjumlah 11, amplitudo 4-10 mm dengan durasi 6-15 detik. Radar Lamsel mengonfirmasi Andi mengenai kabar GAK yang mengeluarkan lava. Namun Andi membantahnya. Dia menegaskan bahwa sampai saat ini GAK tidak pernah mengeluarkan lava. Soal video GAK yang mengeluarkan letusan kuning kemerahan, Andi mengatakan yang keluar tersebut adalah material pijar. \"Terakhir lava keluar sebelum tsunami. Kalau yang keluar saat letusan itu material pijar,\" katanya. Soal erupsi GAK yang terjadi pada Jumat (10/4/2029) malam lalu, menurut Andi, hal itu disebabkan karena aktivitas Krakatau masih aktif. Dia mengatakan kejadian seperti itu merupakan hal yang biasa dialami setiap gunung berapi. Andi meminta masyarakat tidak mendekati GAK dalam radius 2 kilometer. \"Bau belerang itu memang berasal dari GAK. Kami imbau masyarakat maupun wisatawan menjaga jarak aman sesuai dengan aturan,\" katanya. Pelaksana tugas Bupati Lampung Selatan, H. Nanang Ermanto mengimbau kepada semua pihak untuk tidak berspekulasi, terlebih menebar kabar bohong yang dapat membuat masyarakat resah terkait dentuman yang terdengar oleh masyarakat Bogor dan Jakarta pada Sabtu dini hari (11-4-2029) yang dikaitkan dengan erupsi GAK. Nanang meminta masyarakat khususnya Lampung Selatan untuk tetap tenang, tidak panik, akan tetapi harus tetap waspada terkait erupsinya GAK. Sebab, kata Nanang, saat ini semua orang sedang terkonsentrasi bagaiamana menangani wabah corona covid-19 segera berakhir. “Sabtu pagi saya bersama Kapolres dan OPD mendatangi Pos Pemantauan GAK di Desa Hargopancuran, Kec. Rajabasa. Alhamdulillah kondisinya aman. Masyarakat sepanjang pesisir tetap melaksanakan aktivitas seperti biasa. Dan petugas pemantau GAK juga tidak mendengar suara dentuman,” ujar Nanang. “Mengenai suara dentuman yang terdengar masyarakat Bogor dan Jakarta, serahkan saja pada ahlinya untuk menganalisa. Mereka lebih faham menganalisanya secara ilmiah. Jangan dikaitkan dengan hal mistis. Saat ini konsentrasi kita bagaimana mencegah penyebaran corona covid-19.,” imbuh Nanang. Sementara, Sekretaris Desa Pulau Sabesi Rojali serta mengaku sama sekali tidak mendengar suara dentuman keras akibat erupsi GAK sebagaimana berita yang heboh dimedia sosial. “Kami disini sama sekali tidak mendengar dentuman Gunung Anak Krakatau (GAK). Yang kami lihat, GAK hanya mengeluarkan pijaran api dan bau belerang yang sangat menyengat serta hujan debu saja. Mudah-mudahan bau belerang menjadi obat virus Corona karena belerang adalah antivirus secara alami, jangankan virus, panu saja bisa abis dengan belerang,” ujar Rojali. Camat Rajabasa, Sabtudin yang melakukan peninjauan di Pulau Sabesi, Minggu (12-4-2020) membenarkan GAK erupsi kembali pada Jum’at malam (10-4-2020). Dia menjelaskan, Erupsi GAK hanya menimbulkan bau belerang yang sangat menyengat dan mengeluarkan debu hitam. “Erupsi GAK hanya menimbulkan bau belerang yang sangat menyengat dan mengeluarkan debu hitam, dan itu sangat dirasakan oleh masyarakat pesisir Rajabasa, terutama Desa Tejang Pulau Sebesi yang hanya berjarak 2 kilometer,” jelas Sabtudin saat kunjungan ke Pulau Sabesi, Minggu (12-4-2020). Sabtudin menghimbau agar masyarakat Tejang Pulau Sebesi yang paling dekat dengan Gunung Anak Krakatau untuk tetap tenang dan waspada dengan terjadinya Erupsi GAK dan wabah COVID-19. Akibat erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) sekitar pukul 22.35 WIB, Jumat (10/4/2020). Masyarakat pesisir Rajabasa berbondong-bondong menjauh dari permukaan laut. Informasinya, warga Desa Kunjir sempat mengungsi di area perkebunan dan huntara setempat. (rnd)
Erupsi GAK Berhenti Usai Muntahkan Asap Hitam
Senin 13-04-2020,08:38 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :