Enam Desa di Candipuro Gunakan Pupuk Organik

Jumat 29-04-2016,09:58 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

CANDIPURO – Enam desa di Kecamatan Candipuro mulai menerapkan penggunaan pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan tanaman pertanian. Keenam desa itu antara lain Desa Banyumas, Desa Beringinkencana, Desa Sinarpasemah, Desa Batuliman, Desa Rawaselapan dan Desa Sidoasri. “Dalam proses pemupukan keenam desa ini tidak lagi menggunakan pupuk kimia,” ungkap anggota POPT Provinsi Lampung Hardi Oktarimo kepada Radar Lamsel, kemarin. Menurut Hardi, untuk menunjang penggunaan pupuk alami ini timnya sudah membentuk kelompok Agen Hayati yang bertugas memberikan sosialisasi tentang keunggulan dalam pengguanaan pupuk organik ini. “Baru enam desa yang sudah kami bentuk Agen Hayati. Perkelompoknya beranggotakan 10 orang,” ujar dia. Lebih lanjut Hardi (35) menjelaskan, penggunaan pupuk organik akan menghemat biaya produksi pertanian. Sebab, bahan-bahan yang digunakan semua alami dari alam. “Dibandingkan dengan penggunaan pupuk kimia, hasil pupuk organik jauh lebih bagus dan ramah lingkungan,” ungkapnya. Selain irit biaya, kata dia, pupuk organik juga berguna mengurangi hama penyakit yang kerap membuat pusing para petani selama ini. “ Hama penyakit bisa dikurangi dengan penggunaan pupuk ini, meskipun tidak semua hama bisa diberantas oleh formula alami ini. Namun setidaknya tidak kalah bagus untuk mengurangi hama penyakit,” ujar pria ini. Sementara itu Suyarno (50) salah seorang petani asal Desa Banyumas yang baru menggunakan pemakaian pupuk organik bisa mengurangi hama penyakit seperti hama wereng. “Baru tahun ini kami menerapkan pupuk alami. Memang hasilnya tidak sebagus menggunakan pupuk kimia. Namun harga jualnya tinggi,” ungkapnya. Dia mencontohkan jika menggunakan pupuk kimia harga jual beras Rp 8.000,- maka harga jual hasil pupuk organik bisa mencapai Rp 14.000,- per kilogram. “ Untuk tahun pertama, bisa mengimbangi hasil dari pupuk kimia saja, itu sudah dikategorikan bagus. Karena butuh penyesuaian bagi tanah yang sudah bertahun-tahun menggunakan pupuk kimia,” ungkapnya. Namun demikian, petani ini mengeluhkan di Lamsel khusushnya masih sulit untuk memasarkan hasil penjualannya. “ Yang kami sesalkan, sulitnya pemasaran. Terkadang harga jual disamakan dengan beras yang menggunakan pupuk kimia. Sebagai petani kami berharap pihak pemerintah memperhatikan keadaan ini,” pungkasnya. (Cw3)

Tags :
Kategori :

Terkait