SRAGI – Sejumlah pengrajin opak di Dusun Srikaton, Desa Mandala Sari, Kecamatan Sragi merosotnya harga jual akibat pandemi Covid-19 hampir selama setahun terakhir. Selama satu tahun terakhir harga jual olahan singkong itu turun dari Rp 15. 000 menjadi Rp 10.000 per kilo gramnya. Dartini (45) salah satu pengrajin mengatakan, merosotnya harga jual opak terjadi sejak ada wabah pandemi Covid-19 yang mulai melanda. Hampir selama satu tahun belakangan harga jual opak hanya Rp 1.000 per kilogramnya. “Saat ini harga jual hanya 10.000 rupiah per kilogramnya, kita menjual kepada pengepul. Ini sudah terjadi selama satu tahun terakhir, semenjak adanya pandemi Covid-19,” ujar Dartini memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di kediamannya, Selasa (29/12) kemarin. Dartini menerangkan, biasanya opak banyak dijadikan jajan di kantin sekolah. Namun akibat kegiatan belajar mengajar dihentikan selama pandemi, tingkat penjualan opak ikut menurun. “Opak banyak dijual di kantin sekolah. Tapi sejak sekolah ditutup, yang tentu saja pembeli jadi sepi dan harganya pun ikut menurun,” terangnya. Hal senada juga diutarakan Maya, menurutnya akibat merosotnya harga jual opak ini keuntungan yang dipadat semakin menipis. Biasanya dalam 1 kwintal opak dapat meraup untung Rp 500 ribu, kini hanya sebesar Rp 200 ribu. “Sepekan biasanya kita produksi 1 kwintal dan dapat untung Rp 500 ribu. Tapi sekarang hanya dapat untung Rp 200 ribu,” sambungnya. Kepala Desa Mandalasari Amar Sumarna menuturkan Dusun Srikaton memang telah menjadi sentra pembuatan opak. Setidaknya ada 30 keluraga yang berpenghasilan dari membuat kerupuk tradisional. Namun semenjak adanya pandemi pengrajin opak di dusun tersebut terpuruk. Akibat merosotnya harga jual. “Bahkan ada beberapa yang usahanya terhenti karena harganya murah, ditambah produksinya saat ini sulit karena musim hujan,” pungkasnya. (vid)
Pengrajin Opak Terpuruk Pandemi
Rabu 30-12-2020,09:23 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :