SRAGI – Gelombang pasang menjadi kendala terbesar upaya masyarakat ‘Jembatan Gantung’ Dusun Bunut Selatan, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi dalam melakukan penghijauan hutan mangrove. Sejak awal Januari lalu lebih dari 15.000 tanaman mangrove yang rusak akibat disapu gelombang pasang yang membawa lumpur tebal tersebut. Ketua Lingkungan Jembatan Gantung, Rana mengatakan, dalam satu bulan terakhir jumlah kerusakan tanaman mangrove terus bertambah. Akibat sapuan gelombang pasang air laut. “Pada pertengahan Januari lalu jumlah tanaman mangrove yang rusak yang 7.000 pohon. Tapi akibat gelombang pasang yang terus terjadi jumlah kerusakan sudah lebih dari 15.000 pohon mangrove,” ujar Rana memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Kamis (4/3) kemarin. Selama satu bulan terakhir, kata Rana, gelombang pasang membawa endapan lumpur tebal dari tengah laut. Akibatnya menimbun tanaman mangrove masyarakat. “Kalau hanya gelombang pasang tanaman mangrove yang didalam rumpun tidak rusak. Tapi sekarang sudah tertimbun lumpur,” sambungnya. Rana mengungkapkan, gelombang pasang tersebut telah menyapu 7.000 pohon mangrove yang ditanaman secara swadaya oleh warga. Serta 10.000 pohon mangrove dari program pada karya tunai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kini pohon mangrove yang ditanam di tahun 2020 itu hanya tersisa 10.000 pohon lagi. “7.000 pohon ini sudah habis disapu gelombang pada Januari lalu. Sementara 10.000 pohon dalam rumpon ini mati tertimbun lumpur dalam satu bulan terkahir,” terangnya. Meski begitu, gelombang pasang yang membawa endapan lumpur tersebut membuat tanah timbul sebagai lahan penanaman mangrove semakin meluas. Pihaknya juga akan melakukan penanaman ulang. “Kita masih memiliki 2.000 bibit cadangan. Namun penanaman akan kita lakukan setelah gelombang pasang mereda, agar pohon mangrove yang kita tanam tak tersapu atau tertimbun lumpur lagi,” pungkasnya. (vid)
Tetap Menanam Walau Diusik Gelombang
Jumat 05-03-2021,08:55 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :