Gapasdap Minta Syarat Rapid Tes Ditiadakan

Jumat 24-09-2021,08:23 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

Sektor Logistik Topang Kinerja ASDP Selama Pandemi

  BAKAUHENI – Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan memukul perekonomian berbagai sektor di tanah air, termasuk industri penyeberangan di Selat Sunda. Meski pemerintah mulai melonggarkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pertengahan September lalu, namun belum berdampak pada arus penyeberangan orang dan barang di Pelabuhan Bakauheni. Arus penyeberang Bakauheni-Merak masih tergolong sepi untuk penumpang kendaraan pribadi dan pejalan kaki. Kondisi ini terjadi karena beberapa faktor, seperti faktor ekonomi yang masih melemah dan syarat melakukan penyeberangan yang banyak di keluhkan masyarakat pengguna jasa penyeberangan. Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Bakauheni Warsa mengungkapkan, kondisi penyeberangan di pelabuhan Bakauheni belum normal. Volume kendaraan yang menyeberang dari Sumatera tujuan pulau Jawa masih sepi khususnya kendaraan pribadi dan penumpang jalan kaki. Menurutnya, ada beberapa faktor kondisi penyeberangan masih sepi meski pemerintah sudah memberikan kelonggaran PPKM sejak pertengahan September lalu. “Faktor ekonomi sudah pasti (mempengaruhi’red). Selanjutnya, syarat menyeberang. Penumpang merasa keberatan jika setiap melakukan penyeberangan harus memenuhi persyaratan harus membawa surat keterangan rapid test. Penumpang ekonomi menengah kebawah akan berfikir dua kali untuk menyeberangan jika harus memenuhi syarat tersebut,” kata Warsa, Kamis (23/9/2021). Lebih lanjut Ketua Gapasdap Bakauheni ini mengatakan, rapid test masih menjadi momok bagi pengguna jasa penyeberangan terutama penumpang kendaraan pribadi dan pejalan kaki. Sebab, selain segi biaya yang cukup mahal, penumpang juga enggan mengikuti rapid tes. “Penumpang mengeluhkan biaya yang begitu mahal. Beli tiket Rp20 ribu dan biaya rapid test Rp80 ribu. Jadi totalnya Rp100 ribu. Orang ekonomi mengengah kebawah tidak mampu jika setiap nyeberang harus mengeluarkan biaya Rp100 ribu. Mendingan untuk beli beras,” tutur Ketua Gapasdap Bakauheni kepada Radar Lamsel. Melihat kondisi dilapangan itu, Ketua Gapasdap Bakauheni ini mengharapkan kepada pemerintah atau pihak berwenang untuk tidak mewajibkan bagi penumpang untuk melakukan rapid test sebagai salah satu syarat menyeberang. “Kami berharap penyeberangan Bakauheni-Merak supaya tidak diwajibkan rapid tes tapi cukup surat vaksin saja,” imbuh Warsa. Sementara itu, berdasarkan siaran pers pihak ASDP nomor 072/SP-ASDP/IX/2021,  Direktur Utama PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Ira Puspadewi mengatakan, sejak 2020 tren penumpang maupun kendaraan penumpang yang menggunakan kapal ferry mengalami penurunan cukup drastis dibandingkan tahun 2019 sebelum kasus Covid-19 melanda Indonesia. Pemicunya, pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) bahkan sempat menutup layanan untuk penumpang secara total pada masa pandemi Covid-19 di awal tahun 2020 yang berdampak pada berkurangnya mobilitas masyarakat. \"Namun, untuk layanan sektor logistik masih beroperasi normal, sehingga ASDP tetap melayani secara penuh truk logistik yang membawa barang kebutuhan untuk tetap menjaga pasokan di daerah tetap stabil. Layanan sektor logistik inilah yang masih menopang produksi penyeberangan ASDP selama pandemi Covid-19,\" tutur Ira.   Data mencatat, ASDP melayani 3,23 juta kendaraan logistik pada periode Januari - Juli 2021, atau naik sekitar 13,3 persen bila dibandingkan periode sama tahun 2020 sebanyak 2,80 juta kendaraan logistik, yang terdiri dari kendaraan golongan IVB,VB, VIB, VII dan VIII. Sedangkan untuk barang, pencapaian semester I-2021 ASDP berhasil mengangkut hingga 465 ribu ton yang tercapai 82 persen dari target RKAP 2021 sebanyak 565 ribu ton barang dan naik 18 persen dari realisasi periode sama tahun 2020 sebanyak 395 ribu ton. Pada semester I-2021, ASDP berhasil membukukan pendapatan konsolidasi sebesar 1,70 triliun. Nilai pendapatan ini mencapai 91 persen dari target RKAP 2021 sebesar Rp 1,86 triliun dan naik 18,8 persen dari realisasi semester I-2020 sebesar 1,43 triliun. Selanjutnya, ASDP berhasil membukukan laba sebesar Rp 156 miliar atau mencapai 474 persen dari target RKAP 2021 sebesar Rp 32 miliar dan mencapai 289 persen dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu yang minus sebesar Rp 80,5 miliar. \"Kami terus berupaya menghadirkan layanan bermutu prima kepada seluruh stakeholder, terutama pengguna jasa penyeberangan dan pelabuhan di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini.  Kami tetap memastikan penerapan protokol kesehatan di pelabuhan dan kapal juga ditingkatkan dan dilaksanakan secara ketat sesuai prosedur yang berlaku. Keselamatan, kesehatan dan kenyamanan seluruh pengguna jasa maupun petugas ASDP menjadi prioritas utama kami,\" tutur Ira. Untuk tahun 2021 ini, ASDP menargetkan dapat meraih total pendapatan sebesar Rp 3,8 triliun dengan capaian laba bersih sebesar Rp 111,24 miliar. Adapun produksi penyeberangan pada tahun ini, ASDP membidik target penumpang yang dilayani sebanyak 5,9 juta orang, kendaraan roda 2 & 3 sebanyak 3,3 juta unit, kendaraan roda 4 sebanyak 2,9 juta unit, dan total barang yang diangkut sebanyak 1,2 juta ton.   Manajemen pun terus berupaya untuk menjaga stabilitas bisnis di masa Covid-19 ini dengan melakukan efisiensi dan memprioritaskan program yang mendatangkan profit. Salah satu komitmen, ASDP terus mengakselerasi digitalisasi penyeberangan melalui layanan online ticketing Ferizy yang telah berlaku di 4 pelabuhan utama yakni Merak, Bakauheni, Ketapang dan Gilimanuk, serta penerapan metode pembayaran non tunai (cashless) dengan kartu uang elektronik, virtual account dan dompet elektronik yang penerapannya di lebih dari 20 pelabuhan ASDP telah mencapai 100 persen. (man)
Tags :
Kategori :

Terkait