BKPL Diminta Perketat Kenaikan Pangkat

Kamis 28-07-2016,09:13 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KALIANDA – Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Latihan (BKPL) Lampung Selatan diminta untuk dapat memvalidasi dan memverifikasi proses kenaikan pangkat para pejabat eselon dilingkungan Pemkab Lamsel. Utamanya mengenai ijazah strata I dan II yang melekat pada nama pejabat yang ingin naik pangkat. Banang berharap BKPL Lamsel dapat menunda kenaikan pangkat para pejabat yang melakukan kuliah kelas jauh yang dapat dengan mudah mendapatkan gelar sarjana. “Kami minta hal ini mendapat perhatian serius dari BKPL. Cek dan kroscek dulu ijazahnya. Kelas jauh atau bukan. Jangan sampai asal menyetujui saja,” ungkap anggota Banang DPRD Lamsel Jenggis Khan Haikal dalam pembahasan laporan pertanggungjawaban APBD pada BKPL Lamsel diruang Banang, kemarin. Selama ini, kata Jenggis, banyak para aparatur sipil negara (ASN) yang mengambil jalan pintas untuk dapat melakukan penyesuaian pangkat dan jabatan tersebut. Yakni dengan bersekolah yang singkat tetapi mendapatkan ijazah sarjana. “Harus punya standart lah. Jangan asal-asalan. Yang kelas jauh itu harus ditindak. Awalnya II a, tiba-tiba setelah mendapatkan gelar dengan kuliah enam bulan jadi IIIa. Kan aneh,” ungkap akademisi STIH Muhammadiyah Kalianda ini. Menanggapi ini Kepala BKPL Lamsel H. Akar Wibowo, S.H memastikan proses kenaikan pangkat dan jabatan ASN di Kabupaten Lamsel melalui seleksi yang ketat. Mengenai ijazah perguruan tinggi (PT), dia memastikan paling tidak PT tersebut wajib terakreditasi B. “Kami melakukan prosedur ini. Paling tidak akreditasi B. Akan kami verifikasi,” ungkap Akar dalam pembahasan. Kendati begitu, Akar mengakui selalu ada hal yang dilematis dalam kepengurusan kenaikan pangkat dan golongan ASN. Khususnya para guru yang usianya sudah tua. Apalagi para guru tersebut sambil mengemis agar dapat dinaikan pangkatnya. Padahal jika mengikuti prosedur yang berlaku para guru harusnya melakukan serangkaian kegiatan dalam proses kenaikan pangkat. Termasuk membuat karya ilmiah yang ditulis sendiri. “Tapi banyak yang main tembak. Ini juga dilematisnya. Kadang-kadang rasa iba selalu muncul. Tetapi kami akan tetap kedepankan aturan,” pungkas Akar. (edw)

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler