SRAGI – Nelayan menjadi salah satu kelompok masyarakat yang paling merasakan dampak besar dari kenaikan harga Bahan Bakan Minyak (BBM). Bahkan sejumlah nelayan di Dusun Kualajaya, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi tidak turun melaut sejak kenaikan harga Solar sejak Sabtu pekan lalu. Deli (45) salah satu nelayan mengaku mengaku mengeluh dengan kenaikan harga BBM jenis solar. Dengan naiknya harga BBM kini penghasilannya sebagai nelayan sudah tidak sebanding dengan biaya oparasional.
“Sekarang solah sudah Rp 6.800 per liternya. Sementara hasil tangkapan kita semakin berkurang, sudah tidak sebanding lagi penghasilan nelayan dengan biaya beli solar,” kata deli kepada Radar Lamsel, Selasa (6/9) kemarin.Deli mengungkapkan, dengan kenaikan harga solar membuat nelayan juga enggan melaut. “Kita juga belum turun kelaut. Yak arena saat ini sedang sepi tangkapan, kalau dipaksakan turun bukan dapat hasil malah nombok,” sambungnya. Hal senada juga diutarakan oleh Baso (50) ia menerangkan, sejak pemerintah menaikan harga BBM nelayan di Dusun Kualajaya harus mengeluarkan uang sebesar Rp 300 ribu untuk 35 liter solar.
“Sebelum naik harga kita beli solar Cuma Rp 240 ribu, bahkan ada yang Rp 240. Sekarang sudah enggak bisa lagi, harus mengeluarkan biaya Rp 300 ribu untuk sekali turun melaut dari pagi sampai sore,” ungkapnya.Tak hanya itu saja, selain harga yang naik nelayan juga kesulitan mendapatan solar. Bahkan Baso membeli solar di wilayah Lampung Timur.
“Kalau dari Lampung Selatan enggak ada, tau sendiri jalan di Kualajaya kondisinya rusak parah. Mau tak mau kita beli di Lampung Timur, beli solar di atas perahu,” terangnya.Baso juga berharap, Pemerintah Lampung Selatan dapat memberikan solusi kepada nelayan ditengah kenaikan harga bahan bakar solar.
“Nelayan di Kualajaya ini sebagian besar menggunakan solar, semuanya merasakan dampak kenaikan BBM ini. Harapan kita ada solusi dari pemerintah, ada bantuan untuk nelayan,” harapnya. (vid)