PALAS – Panen Raya PT. Wilmar Padi Indonesia di Desa Palas Jaya, Kecamatan Palas pada Selasa (29/11) lalu menjadi penanda bahwa perang dagang antar pabrik kecil dan perusahaan besar telah dimulai. Hajat panen raya perusahaan papan atas mendapat pengamanan ketat dari aparat keamanan setelah berhembus isu bahwa para pemilik pabrik penggilingan padi kecil akan menggelar unjuk rasa di hajat itu. Wilmar sendiri telah merambah ke wilayah Palas sejak empat bulan belakangan membeli gabah dari petani. Dalam acara panen raya kemarin, perusahaan itu juga akan membangun mitra dengan memberikan permodalan kepada petani agar bisa mendapatkan gabah. Namun niat perusahaan ini mendapat penolakan keras dari pemilik pabrik kecil. Hipni tokoh masyarakat Palas mengaku, menolak upaya Wilmar yang mulai merambah gabah di wilayah Palas. Hipni menganggap kerja-kerja Wilmar, akan membunuh pabrik kecil lantaran Wilmar membeli gabah dengan harga tinggi.
“Pabrik kecil tentu kalah modal, saat ini saja dari puluhan pabrik kecil, hanya tinggal hitungan jari yang masih beroprasi memproses pembuatan beras. Sebagian besar telah tutup karena kalah modal dengan Wilmar dengan modal besar,” kata Hipni, Selasa siang kemarin.Nasib padi, tak boleh sama dengan tanaman sawit yang kini telah dikuasai oleh perusahaan besar. Hal ini tentu akan berdampak buruk terhadap petani di wilayah Lampung Selatan. Saat ini Wilmar akan membangun kerjasama dengan memberikan pinjaman modal kepada petani. Agar bisa menyedot gabah dari Lampung Selatan.
“Kalau semua gabah sudah dikuasai, bagaimana mau surplus beras. Yang ada kita membeli beras Wilmar, tak ada lagi beras dari pabrik pabrik lokal,” sambungnya.Hipni menjelaskan, saat ini 70 persen kebutuhan gabah Wilmar dipasok dari wilayah Lampung, paling banyak dari Lampung Selatan. Upaya Wilmar saat ini lanjut Hipni, juga telah melanggar Perda Nomor 7 Tahun 2017, Tentang Pengelolaan Distribusi Gabah. Hipni juga menuturkan, petani saat ini memang diuntungkan dengan upaya Wilmar yang membeli gabah dengan harga lebih tinggi. Namun hal ini akan berbanding terbalik, jika musim panen berlangsung pada saat musim hujan yang akan menurunkan kualitas gabah.
“Saya menolak upaya Wilmar. Ini bukan kepentingan pribadi, tapi kepentingan bersama. Harapan kita pemerintah harus menegakkan Perda Nomor 7 ini. Sebab pabrik-pabrik kecil ini salah satu penggerak ekonomi di desa, menyerap banyak pekerja.Seharusnya Wilmar ke Lampung Selatan bukan membeli gabah tapi membeli beras dari pabrik kecil. Pada saat kualitas gabah turun terutama pada saat musim rendeng, Wilmar pasti tidak akan membeli,” sambungnya. Kepala Wilmar Padi Serang, Arya mengaku, saat ini Wilmar hanya menyedot 0,7 persen gabah dari Provinsi Lampung yang mencapai 2,6 juta ton pertahun. Arya juga tak menepis kalau Wilmar juga telah memiliki 12 titik lokasi demplat di Lampung dan akan membangun kemitraan dengan memberikan permodalan kepada petani.
“Kita baru akan membangun kemitraan dengan memberikan modal dalam bentuk benih, pupuk, dan obat-obatan. Nanti setelah panen akan dibagi dalam bentuk gabah. Kalau untuk saat serapan Wilmar baru 0,7 persen saja dari Lampung yang mencapai 2,7 juta,” pungkasnya.Sementara itu Kapolsek Palas Andy Yunara mengaku, panen raya PT. Wilmar Padi itu mendapat pengamanan dari aparat Polisi dan TNI sebanyak satu peleton.
“Kalau isu ada unjuk rasa itu kita tidak tahu. Kalau ada berita ketidaknyamanan memang ada, dan kita menjaga itu supaya acara panen raya tersebut bisa berlangsung dengan kondusif,” pungkasnya. (vid)