Nasib naas menimpa Mansyurudin, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo. Pekerja bangunan ini dua kali mengalami kecelakaan kerja ditempatnya mencari nafkah. Laki-laki berumur 34 tahun ini harus kehilangan batok kepalanya. Seperti apa kisahnya? Laporan Veridial Ariyatama, SIDOMULYO Terik matahari disertai debu jalanan tak mengurungkan niat Radar Lamsel untuk mencari kediaman Mansyurudin (34) warga Dusun Katibung I, Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo, Selasa (9/8) kemarin. Lubang jalanan mengakibatkan kendaraan tidak bisa dipacu dengan cepat. Maklum, kondisi jalanan disepanjang kecamatan ini rusak parah. Tepat pukul 13.30 WIB, Radar Lamsel, didampingi Kepala Desa Sidomulyo Sutanto menyambangi rumah Mansyurudin yang dekat dengan Tempat Pemakaman Umum (TPU) desa setempat. Kedatangan wartawan Radar Lamsel disambut dengan ramah oleh Supriyadi (60) orang tua Mansyurudin. Senyum sumringah penuh harapan diperlihatkan oleh pria paruh baya ini. “Silahkan masuk mas,” ujar Supriyadi sembari mempersilahkan duduk. Sebelum Supriyadi memanggil anaknya Mansyurudin, ia bercerita tentang kondisi yang dialami anaknya tersebut. Dia mengatakan sudah sepuluh hari anaknya berada dirumah. Karena, sebelumnya ia bekerja di Serang Banten sebagai pengebor sumur. “Baru sepuluh hari anak saya berada dirumah, selama ini mansyurudin merantau. Untuk membantu perekonomian keluarga yang sedang sulit,” kata Supriyadi, kemarin. Sesaat setelah mengadakan perbincangan singkat, Mansyurudin menghampiri Radar Lamsel sembari berjabat tangan. Benar saja, kondisinya memang terlihat memprihatinkan hingga membuat bulu kuduk merinding. Kulit kepala pria ini, mulai dari alis hingga leher mengelupas. Hampir semua urat dan organ yang berada dikepalanya terlihat. Mansyurudin yang bekerja sebagai buruh di pengeboran sumur milik perorangan ini mengatakan, kecalakaan itu terjadi setahun yang lalu. Dikatakannya, pada saat itu, rambutnya panjang hampir sebahu. Lantaran berambut panjang itulah, mesin bor yang sedang beroperasi menyedot rambutnya. “Dari mulai alis hingga leher terkelupas. Telinga saya nyaris putus,” ungkap Mansyuruddin. Kecalakaan tersebut mengakibatkan dirinya harus dirawat selama 15 hari di salah satu Rumah Sakit Swasta yang ada di Serang, Banten. Pihak C.V yang menaungi pekerjaan Mansyuruddin ini hanya membantu biaya pengobatan sebesar Rp 20 juta. “Selama dirawat di RS, pihak C.V hanya membiayai pengobatan sebesar Rp20 juta. Selanjutnya, keluarga yang menanggung. Karena pihak C.V menilai ini bukan kesalahan C.V, melainkan kesalahan saya sendiri,” ujar Mansyur sembari menahan rasa nyeri dikepala akibat luka yang belum kering hingga kini. Lebih lanjut Mansyur mengatakan, kecelakaan yang dialaminya itu tak mengurungkan niatnya untuk kembali mengais rezeki ditempat kerja yang sama. Dengan kondisi kepala berbalut perban, pria kelahiran 1982 ini kembali bekerja. Na’as baginya, kecelakaan kembali menimpa. Mansyur kembali mengalami kecelakaan kerja untuk yang kedua kali ditempat kerja yang sama. Kepalanya tertimpa alat bor saat sedang melakukann pekerjaannya. Akibat kecelakaan kedua itu Mansyur sudah tidak bisa mencari rezeki untuk membantu kebutuhan ekonomi orangtuanya yang berada di Desa Sidomulyo. “Kecelakaan pertama, seluruh kulit kepala saya tertarik oleh mesin. Kecelakaan kedua, kepala saya yang masih dibalut perban tertimpa mesin bor. Rasanya seluruh anggota tubuh seperti kena strum,” ujar Mansyur menjelaskan kronologis kejadiannya. Mansyurudin membenarkan sudah sepuluh hari ini ia berada dikampung halamannya Dusun Katibung I, Desa Sidomulyo. Ia mengaku sudah tidak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya dan lebih memilih berada dirumah. “Jika melakukan aktifitas diluar, orang mungkin takut melihat kondisi saya yang hidup tanpa batok kepala,” imbuhnya. Pihak keluarga hingga kini kesulitan membiayai pengobatan Mansyurudin. Mereka (keluarga) hanya memberikan obat penahan rasa sakit dan antibiotik untuk menenangkan Mansyur jika rasa sakit yang dideritanya timbul. “Kami hanya memberi obat seadanya untuk membeli perban saja sudah tidak ada biaya mas,” ujar Supriyadi yang bekerja sebagai tukang ojek ini. Jika rasa sakit itu timbul, sambung dia, anaknya akan berteriak dan sekuat tenaga menahan rasa sakit tersebut. Sementara Isterinya Marfu’ah (50) sudah sejak lima tahun lalu mengidap penyakit komplikasi. “Dirumah ini bukan hanya Mansyur yang sakit, ibunya pun sudah lima tahun terbaring akibat komplikasi,” katanya lagi. Supriadi mengaku sangat berterimakasih apabila ada dermawan yang tergugah hatinya saat mengetahui kondisi yang dialami keluarganya dan bisa membantu biaya pengobatan anak dan isterinya tersebut. Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Sidomulyo Sutanto mengatakan, selama ini ia memang belum mengetahui ada warganya yang mengalami kejadian seperti ini karena keberadaan Mansyurudin yang berada diluar daerah. Namun saat melihat kondisi Mansyurudin secara langsung, Sutanto mengupayakan akan membantu pengobatan keluarga korban. “Karena ini merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan dengan cepat, pihak desa akan membantu mengupayakan pembuatan BPJS Kesehatan untuk Meringankan biaya pengobatan Mansyur,” tandasnya. (*)
Dua Kali Mengalami Kecelakaan Kerja, Berharap Uluran Tangan Dermawan
Rabu 10-08-2016,10:09 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :