KALIANDA, RADARLAMSEL.COM – Kantor Cabang Pembantu Badan Urusan Logistik (KCP Bulog) Kalianda melepas 250 ton beras impor ke pasaran. Hal ini dilakukan guna menjaga stabilitas harga yang kian melonjak di pasaran. Kepala KCP Bulog Kalianda, Yesi Azimah mengatakan, saat ini permintaan terhadap beras terus meningkat. Untuk itu, seiring menipisnya stok maka beras luar negeri diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Sementara ini kami lepas 250 ton di Gudang Kedaton dan Gudang Bakti Rasa, Kecamatan Sragi. Kami akan minta tambahan ke Bulog Kanwil Lampung ketika stok yang ini sudah menipis,” ujar Yesi saat dihubungi awak media, Jum’at (3/2/2023) pekan lalu.Dia menambahkan, pelepasan beras ke pasaran dilakukan setiap hari sesuai permintaan Rumah Pangan Kita (RPK). Bulog juga keliling menawarkan beras ke warung-warung yang belum terdaftar di RPK.
“Kami juga berkerjasama dengan mitra/distributor untuk menyalurkan beras SPHP ke downline. Kami juga operasi pasar di lokasi Musrenbang Pemkab Lampung Selatan,” imbuhnya.Lebih lanjut dia mengatakan, pelepasan beras import di pasaran ini salah satu strategi untuk menekan harga kembali pada harga normal. Salah satu strateginya, melalui operasi pasar murah yang dilakukan secara serentak di pasar-pasar seluruh Indonesia.
“Ini merupakan arahan dari Perum Bulog pusat. Harapannya harga beras bisa kembali normal dan tidak lagi menjadi keluhan masyarakat,” pungkasnya.Import beras itu dilakoni lantaran ketersediaan beras di kantor Badan Urusan Logistik (Bulog) Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, menipis. Bulan lalu, stok beras yang tersimpan menyisakan 45 ton saja dan hanya cukup untuk persediaan Bulan Januari 2023. Disamping itu harga jual beras eceran terus meroket selama satu bulan belakangan. Harga mengalami lonjakan dari Rp 1.000 hingga Rp 2 ribu per kilogramnya. Selain mengalami kenaikan, para pedangan eceran juga mengeluh dengan ketersediaan stok beras yang kian sulit dicari. Reni (30) salah satu pengecer beras di Desa Kesugihan, Kecamatan Kalianda mengatkan, harga jual beras ditingkat eceran mengalami kenaikan sejak Desember lalu. Sebelumnya beras medium dijual dengan harga Rp 10.500 per kilogram. Kini melonjak menjadi Rp 11.500 per kilogramnya.
“Dari bulan Desember kemarin harga beras sudah mulai mengalami kenaikan. Dari harga Rp 10.500 sekarang sudah menjadi Rp 11.500 per kilogramnya,” kata Reni.Reni mengungkapkan, meski tak mengungari tingkat penjualan namun sejumlah konsumen mengeluh dengan naiknya harga beras tersebut.
“Kalau pembeli tidak berkurang meskipun harganya naik. Tapi akhir-akhir ini banyak yang pembeli mengeluh harga beras naik terus, biasanya Rp 10.000 per kilogram sekarang sudah menjadi Rp 11.500 per kilogramnya. Stok dari agen saat ini tidak selalu ada,” ungkapnya.Lonjakan harga beras selama satu bulan belakangan ini juga diamini oleh Tati (40). Ia menjelaskan kenaikan harga jual beras berkisar seribu rupiah hingga Rp 2 ribu per kilogram. Untuk beras medium saat ini dijual dengan harga Rp 11.500 sedangkan beras premium dijual dengan harga Rp 13.000 per kilogramnya.
“Kenaikan sampai Rp 2.000 dari Desember kemarin. Sekarang beras medium sudah kita jual dengan harga Rp 11.500 satu karung 10 kilogram itu kita jual Rp 115 ribu. Sedangkan beras premium sudah Rp 13.000 per kilogramnya,” sambungnya.Selain harga yang melonjak, Tati juga mengeluhkan kelangkaan stok beras selama satu bulan belakangan.“Satu bulan ini kita enggak dapat stok beras. Susah sekarang cari beras sejak harga mulai mengalami kenaikan,” pungkasnya. Di sisi lain, Ali Hidayat pengusaha pabrik beras asal Desa Palas Pasemah mengatakan, saat ini harga jual beras sudah diangka Rp 11.000 per kilogram. Harga tersebut naik seribu rupiah di banding pada Desember tahun lalu.
“Sejak Desember lalu harga jual beras dari pabrik ke agen memang mengalami kenaikan. Tapi selama satu bulan ini harga beras ini tidak stabil. Kadang kita jual Rp 10.500 kadang Rp 11.000 per kilogram. Harga naik turun,” kata Ali memberikan keterangan kepada Radar Lamsel. (idh)