PALAS, RADARLAMSEL.DISWAY.ID Keributan antara suporter Anpas Bangunan dengan Koordinator Olaharaga Kecamatan (KOK) Palas, berujung pembatalan laga final Merdeka CUP yang digelar di Lapangan Desa Bangunan, Kecamatan Palas.
Pembatalan laga final Sumber Abadi melawan Bali Agung ini juga banyak membuat peserta open turnamen kecewa.
Sebagian bahkan mengaku merugi lantaran telah menyewa pemain ternama namun final dibatalkan.
Bahkan panitia penyelenggara dituntut mengeluarkan uang ganti rugi kepada tim voli yang telah masuk laga semi final dan final.
BACA JUGA:Cetak Generasi Emas, Tanamkan Ideologi Pancasila
Manajer tim Budi Perdana Motor (BPM) Kalirejo, Budiyono mengatakan, beberapa tim besar yang mengikuti Turnamen Merdeka Cup dari laga awal hingga semi final ditaksir menghabiskan sekitar Rp 20 juta. Uang tersebut dikeluarkan untuk membeli pemain ternama.
"Taksiran segitu habisnya untuk sewa pemain. Bahkan bisa sampai lebih jika mengambil pemain dari pulau jawa," kata Budiyono kepada Radar Lamsel.
Open turnamen voli kerap diisukan sebagai ajang taruhan. Pendatangan atlet voli dari luar daerah kerap dianggap hanya demi memenuhi kebutuhan perjudian.
Namun kata Budi, membeli pemain ternama bukan untuk kebutuhan judi. Tapi ini sebagai salah satu menjaga nama baik tim.
"Tidak ada judi itu. Kita beli pemain karena ingin menjaga nama baik tim. Kalau tidak ada pemain top, turnamen juga sepi. Panitia dapat apa kalau penonton sepi," sambung Budiyono.
Bahkan Budiyono menaksir pihak panitia Merdeka Cup telah meraup omzet sekitar Rp 80 juta selama turnamen.
Ia menceritakan, pembatalan turnamen itu diputuskan pada mediasi di Polsek Palas Jumat (25/8) lalu. Di mediasi itu Budiyono menutut gantirugi kepada panitia untuk timnya.
Tim saya minta ganti rugi Rp 5 juta. Karena saya sudah beli pemain, laga sudah jalan. Tapi malah dihentikan. Kalau keributannya antara suporter kita setuju dibatalkan tapi ini kan panitia dan suporter yang ribut," ucapnya.
Budiyono juga mengaku, keributan ini juga berbuntut pelarangan penyelenggaraan open turnamen.
"Ya kalau dilarang sayang, karena ini bisa jadi sumber pendapatan kalau bisa dilaksnakan dengan tertip," katanya.