Seniman Lamsel Dapat Penghargaan

Selasa 27-09-2016,08:59 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KALIANDA – Kabupaten Lampung Selatan patut berbangga hati. Pasalnya, salah satu seniman budaya daerah asal Lampung Selatan yakni H. Hasan Mataraja memperoleh penghargaan gelar Maestro Pelestari Budaya Lampung dari Presiden RI Joko Widodo. Penghargaan tersebut diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy pada acara Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi Tahun 2016, di Taman Ismail Marjuki (TIM) Jakarta, Jumat (23/9) malam. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamsel Fauziah Arief, diterimanya gelar maestro pelestari budaya Lampung tersebut, karena Hasan Mataraja yang merupakan seniman budaya asal Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda ini, dinilai telah melestarikan serta mengembangkan budaya otentik Indonesia, khususnya seni budaya daerah Lampung. “Banyak seni budaya daerah Lampung yang hingga kini masih terus dilestarikan dan dikembangkan oleh Pak Hasan Mataraja, salah satunya adalah seni kias sagata Lampung. Oleh karena itu, gelar maestro pelestari budaya Lampung ini memang pantas diterima oleh Pak Hasan Mataraja,” ujar Fauziah Arief kepada Radar Lamsel, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (26/9) kemarin. Fauziah menjelaskan, gelar maestro tersebut diterima oleh Hasan Mataraja bersamaan dengan para seniman kebudayaan daerah lainnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri. “Selain mendapatkan piagam, sang maestro juga (Hasan Mataraja, red) mendapatkan sejumlah dana pembinaan,” jelasnya. Dengan dinobatkannya gelar maestro tersebut, Fauziah berharap Hasan Mataraja dapat terus mempertahankan dan melestarikan seni budaya daerah Lampung melalui karya-karya seninya. “Kami selaku instansi yang mengurusi soal seni budaya di kabupaten ini (Lamsel, red) tentunya merasa bangga dan bahagia. Oleh karena itu diharapkan, pelestarian budaya Lampung ini tidak hanya dilakukan oleh para seniman saja, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat Lampung Selatan,” harapnya. “Sebab untuk melestarikan kebudayaan daerah sendiri, kalau bukan kita siapa lagi, kalau tidak sekarang kapan lagi,” kata Fauziah Arief. (iwn)

Tags :
Kategori :

Terkait