Waskita Karya Mengaku tak Tahu Keresahan Warga

Jumat 12-01-2018,00:03 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

KATIBUNG – Aksi protes di dua kecamatan yang terjadi akibat pembangunan JTTS menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bagi pelaksana proyek berskala nasional itu. Dari lima kecamatan diwilayah bagian timur Lamsel, dua diantaranya tengah menantikan kejelasan terkait penutupan jalur lama. Kelima kecamatan terbentang mulai dari Kecamatan Sidomulyo, Candipuro, Way Sulan, Katibung dan Merbau Mataram.  Dua kecamatan yang menimbulkan keresahan adalah adalah kecamatan Ketibung dan Way Sulan. Marsesa pihak PT. Waskita Karya enggan berkomentar banyak saat dikonfirmasi Radar Lamsel melalui telpon genggamnya. Dia bahkan belum mengetahui secara gamblang persoalan yang terjadi di dua Kecamatan itu. “Saya belum tahu pasti apa yang terjadi diwilayah itu,” ujarnya singkat. Saat ditanya lebih jauh mengenai sikap PT. Waskita Karya yang turut andil dalam pengerjaan JTTS ruas Katibung – Way Sulan,  pembicaraan terputus. Ketika dihubungi kembali melalui sambungan telepon, Marsesa tak mengangkatnya. Belum lama ini, warga di dua wilayah yakni Katibung dan Way Sulan melakukan protes. Poin yang disuarakan berbeda-beda. Ada yang mengeluh lantaran jalan licin, ada pula yang minta dibukakan akses baru menuju perkebunan. Camat Way Sulan Tri Mujianto mengatakan, kondisi jalan yang berada di Desa Sumber Agung semestinya jadi perhatian sejak lama. Sebab, jalan itu merupakan jalan yang paling banyak digunakan oleh masyarakatnya. “Kita tahu bahwa nantinya jalan itu akan ditutup selamanya bila pengerjaan JTTS sudah selesai. Namun sebelum ditutup tidak ada salahnya jika pelaksana proyek menyediakan jalan yang layak untuk masyarakat,” ujar Tri Mujianto kepada Radar Lamsel, Kamis (11/1) kemarin. Suara dari masyarakat kata dia berbeda-beda, ada yang pro ada pula yang kontra. Namun pada dasarnya konflik tersebut dipicu karena jalan. “Entah itu jalan licin, atau jalan ditutup. Ini yang harus segera disikapi oleh rekanan,” terangnya. Terpisah Kepala Desa Sumber Agung Joko menyampaikan saat ini pengerasan jalan sudah mulai dilakukan oleh rekanan. Pengerasan jalan itu tak lepas dari desakan masyarakat yang geram karena sudah banyak yang terjatuh akibat jalan yang tak layak untuk dilalui. “Sudah mulai ditimbun menggunakan batu sabes, agar kondisinya tidak terlalu parah seperti yang sudah-sudah,” kata dia kepada wartawan koran ini, sore kemarin. Sementara Marhen (41) warga Dusun Sukanegara Desa Sumber Agung mengatakan apabila jalan itu masih licin dan menyebabkan pengendara terjatuh. Warga punya wacana untuk protes di lokasi pembangunan JTTS. “Ya, kalau jalannya masih licin dan banyak anak sekolah yang jatuh saat melintas kami pasti protes,” imbuhnya. Bergeser ke Kecamatan Katibung, wilayah Dusun Ogan Jaya Desa Neglasari juga masuk zona merah rawan konflik. Sebab pada hari yang sama aksi protes juga disampaikan ke Pemkab Lamsel terkait penutupan jalan perkebunan. Meski sudah menyuarakan aspirasinya, sampai detik ini warga belum juga mendapat kepastian dari pelaksana proyek JTTS. “Kami tinggal menunggu instruksi dari Pemkab saja, sebab pertemuan lalu kami sudah menyampaikan aspirasi. Tinggal Pemkab yang nantinya menjadi penyambung lidah masyarakat,” ucapnya melalui sambungan telepon. (ver)

Tags :
Kategori :

Terkait