Tak memiliki handphone dan sosial media, Adimatun Fitriya (16) remaja asal Desa Banyumas, Kecamatan Candipuro ditetapkan sebagai Duta Genre Lampung 2018. Ditengah generasi kini yang menunduk dan sibuk dengan gadgetnya, Fitri membuktikan bahwa tanpa gadget dan sosmed prestasi masih bisa diraih.
Laporan Veri Dial Ariyatama, CANDIPURO USIANYA baru enam belas tahun, duduknya masih dibangku Madrasah Aliyah (MA), itupun masih kelas X. Spesialnya, Adimatun Fitriya benar-benar tak punya nomor handphone. Sosmed pun tak punya, tapi piagam Duta Genre Lampung 2018 bisa digenggamnya. Ketika dijumpai dirumahnya, Fitriya tengah bersiap-siap berangkat menuju Bandar Lampung. Maklum status barunya sebagai Duta Genre perwakilan Lampung menambah kesibukannya menuju ajang Duta Genre Indonesia. Perjalanannya meraih predikat dari BKKBN itu terbilang fantasitis. Sebab pada mulanya Fitri begitu panggilan Adimatun Fitriya tak pede ikut ajang semecam itu. Berkat dukungan partnernya Sutri Riyanti (17) akhirnya Fitri bulat mendaftarkan diri. “Tadinya minder sih, tapi bismillah. Bersama Riyanti berangkat dari Banyumas untuk mendaftar sebagai peserta, kami berdua lolos 10 besar,” kata Fitri kepada Radar Lamsel, Selasa 91/5) kemarin. Masuk periode karantina, mentalnya terus diuji. Sebagian peserta sibuk dengan HP masing-masing. Entah itu browsing kisi-kisi penilaian lomba dan lain sebagainya, Fitri mengaku hanya bisa nelongso dan berkutat dengan buku yang dibacanya. “Waktu dikarantina, masing-masing main HP dan upload cerita di medsos, kalau saya nggak bisa upload karena nggak punya HP. Kalaupun ingin upload pastinya nebeng dengan partner sejati saya,” kenang Fitri. Besar dari keluarga sederhana yang ketat aturan, anak keempat dari lima bersaudara ini kaget bukan kepalang setelah dewan juri mengumumkan bahwa dirinyalah yang menjadi juara Duta Genre dan berhak mewakili Lampung diajang nasional. “Setengah nggak percaya, tiba-tiba dari 10 finalis nama saya yang disebut. Masya Allah, pikir saya, ini kenyataan atau bagaimana,” ungkapnya. Prestasi yang diraih puteri dari pasangan Sulton Hidayat (50) dan Mujahidah (40) itu membuktikan bahwa keterbatasan bisa ditutup dengan tekad yang kuat. “Sudah tentu kaget mas, soalnya anak saya tadinya hanya ingin menemani sahabatnya tapi ternyata dapat juara. Dua-duanya adalah pengharum Desa Banyumas dikancah tersebut,” ujar Sulton Hidayat yang tak lain adalah guru ngaji didesa Banyumas. Disisi lain wajah bangga juga tak dapat ditutupi oleh Kades Banyumas Gunawan usai kedua remajanya itu tampil bagus dan meyakinkan dalam perhelatan tersebut. Gunawan menegaskan Fitri dan Riyanti adalah tim yang solid. “Fitri yang angkat tropi, tapi Riyanti lah partner sejati. Kami ucapkan terimakasih untuk sahabat yang telah mendoakan dan mendukung perjuangan ini,” ucap Gunawan. Gunawan tak mau jumawa atas prestasi remajanya itu, ia pun tak mau beranggapan bahwa delapan kontestan telah disingkirkan oleh sang juara. Gunawan menilai kualitas finalis lah yang menentukan semuanya. “Delapan diantaranya sudah angkat koper, tapi itu bukan karena kami. Itu kualitas mereka sendiri setelah keluar analisis dari dewan juri,” tandasnya. (*)