SRAGI – Tingginya curah hujan akhir-akhir ini membuat pengrajin batu bata di Kecamatan Sragi mengeluh. Pasalanya, akibat meningkatnya curah hujan proses penjemuran menjadi terhambat. Asep (45), pengrajin batu bata Desa Mandalasari mengaku akibat tingginya curah hujan menghambat proses penjemuran. “Selama enam hari belakangan proses penjemuran menjadi terhambat,” kata Asep kepada Radar Lamsel saat ditemui di kediamannya, Kamis (28/6) kemarin. Diterangkan Asep, Akibat tingginya intensitas hujan mengakibatkan produksi pembuatan batu bata miliknya mengalami penurunan sebanyak 50 persen. “Walaupun tidak mengurangi kualitas namun produksinya jadi menurun 50 persen. Biasanya dalam satu minggu memproduksi 40.000 – 50.000 batu bata, saat ini hanya mampu mempruduksi 20.000 batu bata” terangnya. Hal senada juga diungkapkan Sriyono (50) pengrajin batu bata Desa Bakti Rasa. Akibat intesitas hujan yang teralalu tinggi ia kesulitan menjemur hasil cetakan batu batanya. “Biasanya kalau panas 3 hari sudah bisa langsung dibakar. Tapi sekarang sudah 7 hari bata masih belum kering,” paparnya. Meski proses produksi menjadi terhambat, Sriyono mengaku selama satu pekan terahir harga batu bata di Kecamatan Sragi mengalami kenaikan. Jika sebelumnya satu buah batu bata dihargai Rp 270 naik menjadi Rp 300 per batu bata. “Namun saya tetap merugi, Mas. Harganya naik tapi saya tidak bisa memproduksi batu bata jadi tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan,” pungkasnya. (Cw1)
Curah Hujan Tinggi, Pengrajin Batu Bata Mengeluh
Jumat 29-06-2018,08:32 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :