Abu Vulkanik GAK Sampai di Pulau Sebesi

Selasa 07-08-2018,09:12 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

Warga Harapakan Bantuan Masker dan Obat-Obatan

RAJABASA - Warga Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa menyatakan kecemasannya akan ancaman penyakit akibat cemaran abu vulkanik Gunung Anak Krakatau (GAK) yang sudah hampir sebulan ini singgah dilingkungan warga diwilayah kepulauan tersebut. Meski aktivitas gunung api tersebut masih dalam level aman (berdasarkan keterangan petugas pos pemantau GAK), namun debunya yang bercampur dengan kotoran lain sudah merambah kepemukiman warga Desa Tejang Pulau Sebesi dengan ketebalan mencapai 1 milimeter. “Sudah hampir satu bulan ini warga mengeluhkan abu vulkanik yang berasal dari gunung anak krakatau. Datangnya itu sepertinya tidak lagi hitungan menit, tapi sudah hitungan detik. Sebab setiap kali kami membersihkan abu yang mengotori lantai rumah, abu nya itu selalu tetap ada nggak hilang-hilang,” ujar Agus Ansori, salah satu warga Pulau Sebesi yang mengelola Villa wisata milik Disparbud Lamsel, saat ditemui Radar Lamsel di Kalianda, Senin (6/8) kemarin. Agus mengungkapkan, sejak gunung anak krakatau kembali beraktifitas dan mengeluarkan abu vulkanik, pekarangan hingga dinding dan lantai rumah, serta perabotan milik warga di Desa Pulau Sebesi selalu dikotori abu vulkanik GAK setiap harinya. “Wah udah nggak bisa kehitung lagi berapakali dalam sehari membersihkan kotoran abu vulkanik tersebut. Kalau tidak langsung dibersihkan abu vulkanik nya bisa terus mengotori hingga menebal,” ungkapnya. Dia mengatakan, hingga saat ini belum ada tindakan dari pemkab Lamsel khususnya Dinas Kesehatan untuk memberikan masker dan obat-obatan  sebagai upaya antisipasi munculnya penyakit akibat menghirup abu vulkanik gunung anak krakatau. “Kami warga Desa Tejang Pulau Sebesi sangat mengharapkan adanya perhatian dari pemerintah, khususnya dinas kesehatan untuk memberikan masker dan obat-obatan sebagai antisipasi jika sewaktu-waktu penyakit batuk atau lainnya menyerang warga akibat dampak dari abu vulkanik gunung anak krakatau,” harapnya. Alif (33) warga lainnya mengatakan abu vulkanik yang melanda desanya itu sudah terjadi sejak dua pekan lalu. “Parah-parahnya seminggu terakhir ini,” katanya. Dia menilai, kondisi menjadi kekhawatiran masyarakat setempat. Pasalnya, warga menganggap abu vulkanik akan memberikan dampak negatif bagi kesehatan warga. “Kesehatan kami terancam karena debunya sangat tebal dan mengganggu pernafasan,” katanya. Sekretaris Desa Tejang Pulau Sebesi Syamsiar mengatakan bahwa abu vulkanik yang menyerang desanya itu timbul pada pukul 15.00 – 18.00 WIB. “Kadang juga sampai malam, bahkan pagi hari,” katanya. Syamsiar melanjutkan, sejauh ini dampak abu vulkanik yang menyerang desanya belum menimbulkan kerusakan wilayah perkebunan dan pemukiman warga. “Alhamdulillah kalau kerusakan tidak ada, hanya saja debunya memang sangat mengganggu,” ucapnya. Sama halnya dengan kndisi kesehatan warga, Syamsiar mengatakan belum menerima informasi bila warganya terkena sakit pernafasan karena diserang abu vulkanik. “Tapi harapan masyarakat meminta kepedulian dari Pemkab. Biasanya kalau seperti ini, Dinas Kesehatan memberi bantuan masker,” katanya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lamsel dr. Jimmy B. Hutapea mengatakan, pihaknya akan segera memerintahkan petugas kesehatan yang ada diwilayah Kecamatan Rajabasa, khususnya di Desa Tejang Pulau Sebesi untuk memberikan masker dan obat-obatan kepada masyarakat di Pulau Sebesi, guna mengantisipasi munculnya wabah penyakit dampak dari abu vulkanik gunung anak krakatau yang saat ini sedang aktif. “Sore ini juga akan saya perintahkan petugas kesehatan yang ada diwilayah kecamatan Rajabasa agar meninjau dan memberikan masker serta obat-obatan sebagai antisipasi bagi warga yang ada di Desa Pulau Sebesi. Kita berharap, mudah-mudahan abu vulkanik yang ada tersebut tidak sampai memunculkan wabah penyakit,” pungkasnya. Untuk diketahui, intensitas letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) diperairan Selat Sunda saat ini makin meningkat. Dengan kondisi itu, petugas pemantau GAK memperluas zona merah atau larangan bagi nelayan dan wisatawan untuk mendekati gunung berapi itu menjadi dua kilometer. Penambahan radius itu direkomendasikan dari pusat setelah letusan yang dikeluarkan GAK terjadi dalam jarak waktu yang cukup rapat. Kepala Pos Pemantau GAK Desa Hargo Pancoran, Kecamatan Rajabasa Andi Suwardi mengatakan, intensitas letusan GAK sekarang ini terjadi sangat cepat, berkisar 2 hingga 5 detik. Menurut Andi, hal itu yang menjadi pemicu penambahan radius tersebut. “Ya, ada penambahan. Jika sebelumnya radius aman satu kilometer, sekarang kami himbau masyarakat dan nelayan tak mendekat dalam radius dua kilometer,” katanya sata dikonfirmasi Radar Lamsel, Minggu (5/8) kemarin. Saat ini, letusan material vulkanik yang dikeluarkan GAK cukup sering terjadi. Bahkan pihak Pos Pemantau GAK memprediksi letusan material mencapai ketinggian 300 hingga 500 meter yag jatuh disekitar pantai dekat GAK. (iwn/rnd)
Tags :
Kategori :

Terkait