SRAGI – Membuat opak singkong merupakan profesi sebagian besar warga Dusun Srikaron, Desa Mandalasari, Kecamatan Sragi. Namun sejak masuki musim kemarau mereka kesulitan mencari singkong sebagai bahan baku utama makanan tradisional itu. Sutiem (53) mengaku, sulitnya mencari singkong terjadi sejak satu bulan terakhir. Imbasnya, harga singkong pun mulai merangkak naik. “Kira-kira sudah satu bulan terakhir sulit mendapatkan singkong. Mungkin karena musim kemarau dan harganya juga ikut naik,” kata dia kepada Radar Lamsel, saat ditemui di kediamannya Minggu (12/8) kemarin. Sebelumnya, lanjut Sutiem, harga per kilogram hanya Rp 1.500 naik menjadi Rp 2.000 perkilogram. “Itu harga kebun, Mas. Kita yang cabut sendiri. Tapi kalau harga dipasar bisa sampai Rp 4.000 perlikogram,” tambahnya. Sutiem mengatakan, dari 30 warga yang berprofesi pembuat makanan opak di Dusun Srikaton, saat ini hanya tersisa 20 yang masih beroperasi. “Disini ada 30 warga yang aktif membuat opak setiap hari, namun karena susah mendapatkan singkong tinggal 20 lagi yang masih bikin opak. Padahal permintaan sekarang sedang tinggi,” ucapnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Samijem (45). Menurut dia, selain disebabkan musim kemarau kelangkaan bahan baku opak tersebut juga disebakan semakin sedikitnya kebun singkong diwilayah tersebut. “Petani singkong banyak yang beralih menanam jagung. Kalau mau beli singkong diluar desa kulitasnya kurang bagus. Biasanya saya produksi tiap hari, sekarang jadi tiga hari sekali, ”imbuhnya. (Cw1)
Pembuat Opak Kekurangan Pasokan Singkong
Senin 13-08-2018,08:32 WIB
Editor : Redaksi
Kategori :