INSPIRASI DAN IDEALISME

INSPIRASI DAN IDEALISME

Menyandingkan dua kata diatas tidaklah sulit. Tetapi tidak mudah juga untuk dilakukan. Terkadang, banyak diantara kita yang hanya berpegang teguh pada idealisme tetapi tidak menginspirasi yang lain untuk melakukan hal yang sama. Begitupun sebaliknya. Banyak diantara kita yang memberi inspirasi, tetapi melupakan idealismenya. Dua kata ini lalu mengingatkan saya kepada sahabat saya bernama Rudi Apriadi. Salah seorang wartawan senior, pernah bekerja di Lampung Post, Trans Sumatera, Lampung Online, Tabloid Kopi Lampung dan kini sebagai koordinator daerah untuk MNC Group. Hebatnya, dialah satu-satunya yang menjabat Ketua PWI Lampung Selatan selama 2 periode. Tentu ia memiliki idealisme sebagai seorang wartawan. ini dibuktikannya dengan kartu pers yang masih disematkannya disakunya. Tentu ia memiliki idealisme, ini dibuktikannya dengan masih maunya ia berkantor di PWI Lamsel. Tentu ia memiliki idealisme, ini dibuktikannya dengan mengikuti Uji Kompetisi Wartawan tingkat Muda sampai 2 kali. Yang saya ingat, ia pernah berkata lantang saat tidak lulus pada UKW pertamanya. “Saya ingin bertemu ibu (penguji) itu lagi. Saya akan buktikan bahwa saya bisa lulus. Dan terbukti pada UKW yang keduanya dan ditangan penguji yang sama, ia berhasil membuktikan ucapannya. Idealismenya sejalan dengan tekad dan kemauannya. Saat menjabat sebagai Ketua PWI Lampung Selatan, dialah yang membuka kran lebar-lebar bagi siapapun yang ingin menjadi wartawan dan anggota PWI. Berkat dirinya, wartawan yang berasal dari Natar hingga Bakauheni berhasil dihimpunnya. PWI juga dibuatnya menjadi lebih dinamis; selain sebagai pusat pengaduan masalah-masalah masyarakat. Saya sendiri punya penilaian tersendiri terhadap sosok satu ini. Berkat dialah, saya tenggelam di kolam renang organisasi bernama PWI. Juga berkat dialah saya bisa besar seperti sekarang ini. Karena itu, tentu tidak elok jika saya tidak mengomentari pemberian penghargaan Tokoh Wartawan Inspiratif kepadanya. Sebagai sesama wartawan, tentu saya mengaparesiasi secara positif pemberian penghargaan ini. Bagi saya, pemberian penghargaan ini kepadanya oleh PWI Lampung Selatan sudah sangat tepat dan diberikan kepada orang yang tepat. Seorang Rudi Apriadi memiliki kemampuan sebagai guru, sebagai seorang trainer dan juga sebagai seorang motivator. Ia mampu mengajak orang yang tidak tertarik dunia jurnalistik, menjadi tenggelam didalamnya. Dari sisi inspiratif, saya mengakui dengan bangga dirinya sebagai seorang inspirator. Dia adalah orang yang tidak penah lelah mengajak wartawan lainnya untuk berubah kearah lebih baik. Mengajak yang lain untuk semakin menajamkan tulisannya, memperbaiki etika jurnalistiknya dan memperbaiki perilaku kerja para wartawan. “Kalau kita gagal sekali, jangan takut untuk gagal dua kali, meski kita dianggap keledai sekalipun oleh orang lain,” begitu ujar-ujarnya yang saya pegang sampai saat ini. Namun, saya menyesalkan ketika dirinya menenggelamkan diri di kolam renang bernama politik. Sebab politik dan jurnalisme adalah dua mata uang yang berbeda. Tidak bisa satu burung Garuda, satunya angka nominal. Ketika tenggelam di dunia politik, maka idealismemu sebagai seorang wartawan harus dibuang jauh-jauh. “Tajamnya pedang ada di penamu, sementara tajamnya politik, ada dilidahmu,”. “Selamat bung, anda layak dapat bintang” Wallahualam bisawab. (Edy setiawan)

Sumber: