Kasus DBD Diwilayah Branti Terus Bertambah
Puskesmas Duga Rongsokan Jadi Penyebab
NATAR – Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Branti, Kecamatan Natar semakin meningkat. Hingga 1 April 2019, kasus penyakit DBD di wilayah itu menjadi 54 kasus yang sebelumnya hanya 20 kasus. Hal itu diduga karena siklus lima tahunan yang memang sering terjadi ditambah dengan banyaknya usaha ronsokan di Desa Branti Raya dan sekitarnya. Kepala UPT Puskesmas Branti Raya dr. Putra Kurniawan membenarkan hal tersebut. Menurutnya, penyebaran penyakit DBD memang salah satu faktornya adalah banyak pengusaha rongsokan yang berdekatan dengan rumah penduduk. \"Memang betul banyak yang kena DBD yang diduga disebabkan barang rongsok itu. Kami sudah cek juga ke lapangan,\" tutur Putra Kurniawan kepada Radar Lamsel, Senin (1/4). Dijelaskan dia, selain rongsok lingkungan yang lembab juga penyebab maraknya DBD diwilayah tugasnya. \"Kesadaran masyarakat untuk mengubur sampah dan membuang endapan air juga kurang, itu juga penyebab DBD,\" katanya. Namun, sambung dia, hingga saat ini pasien yang terjangkit DBD tidak ada yang meninggal dunia artinya status pasien DBD di Puskesmas Branti belum dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB). \"Statusnya endemis, belum KLB,\" imbuh Putra. Untuk itu, tambah dia, pihak Puskesmas telah melakukan beberapa langkah untuk mengantisipasi lonjakan pasien DBD lagi. \"Sebetulnya upaya kami sudah dilakukan sejak akhir tahun 2018 lalu. Antisipasi dilakukan seperti fogging dan PSN (Pembasmian Sarang Nyamuk) tetapi memang penyebabnya juga banyak jadi agak sulit untuk menekannya,\" bebernya. Kedepan, kata Putra, pihaknya akan berkoordinasi dengan pengusaha rongsok agar lebih memperhatikan lingkungan sekitar. \"Khususnya untu pembakaran sampah rongsok agar lebih dipikirkan lagi untuk tidak dibakar dilokasi,\" pungkasnya. (kms)Sumber: