Tak Enyam Pendidikan Tinggi,Sukses di Panggung Politik

Tak Enyam Pendidikan Tinggi,Sukses di Panggung Politik

PASANGAN Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Lampung Selatan Dr. H. Zainudin Hasan, M.Hum dan Nanang Ermanto resmi dilantik hari ini. Pelantikan dilakukan di gedung DPRD Lampung. Jalan panjang dilalui dua tokoh politik di Lamsel ini hingga mencapai kesuksesan. Bahkan, menjelang detik-detik pelantikan, serangan dari lawan politik masih berlangsung. Isu dugaan penggunaan ijazah palsu menerpa Wabup Lamsel terpilih Nanang Ermanto. Topik itu menjadi running news disejumlah media. Radar Lamsel berhasil mewawancari Sekretaris DPC PDIP Lampung Selatan ini secara eksklusif. Mantan anggota dewan dua periode ini pun menceritakan jalan panjangnya di panggung politik hingga menjadi orang nomor dua di Bumi Khagom Mufakat. Berikut hasil wawancara yang langsung dilakukan General Manager (GM) Harian Radar Lamsel Khairul. Masa kecil Nanang penuh gejolak. Kalimat itu mengawali perbincangan dengan Radar Lamsel. Diantara rekan sebayanya boleh dibilang ia memiliki kenakalan yang berbeda. Hal itu yang dikatakan Nanang membuat kedua orangtuanya untuk menyekolahkan Nanang secara khusus. Belakangan tempatnya sekolah ini yang dipermasalahkan sejumlah pihak. Nanang bergeming. Sebab, ia menyadari perjalanan hidup menjadi hal yang selalu diungkit disaat kesuksesan direbut. Bagi dirinya berbuat untuk rakyat Lampung Selatan adalah hal yang akan menjadi fokusnya selama lima tahun kedepan. Sekolah khusus itu ditempuh Nanang setelah menyelesaikan sekolah dasar (SD) di Sidoarjo pada tahun 1981. Nanang disekolahkan di rehabilitasi anak nakal di Jakarta. Sekolah itu bukan tempat sekolah anak-anak yang memiliki keterbelakangan mental (cacat). Apa yang membuat kedua orang tua menyekolahkan anda di panti Rehabilitasi Anak nakal? Sejak kecil saya memang mempunyai sifat yang nakal dibanding anak-anak sebaya lainnya. Sampai-sampai bapak ku kewalahan mendidik saya. Pada sutau hari selepas menamatkan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1981, Kedua orang tua memutuskan saya harus mendapatkan pendiikan khusus dengan tujuan kelak aku bisa berubah. Bisa diceritakan sedikit gambaran sekolah khusus tersebut ? Tahun 1981 tamat Sekolah Dasar (SD), Orang tua saya akhirnya memutuskan aku sekolah rehabilitasi anak nakal Handayani. Saya sendiri sempat dibohongi. Saat itu bapak ngomong \"Nang kamu sekolah di Jakarta,\" ucap orang tua Nanang. Saya pikir benar-benar sekolah pada umumnya di Jakarta. Saya sempat senang masuk kota metropolitan. Bisa ketemu para artis. Wah, pokoknya asik saya pikir saat itu. Tetapi, bayangan itu bubar ketika bapak mengantarkan saya disekolah yang dimaksud. Saya melihat tulisan di sekolah tersebut tertulis Wisma Handayani \" Pusat Rehabilitasi Anak Nakal\". Wisma Handayani berada di jalan Gandaria, Kecamatan Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Asrama Handayani sangat disiplin, pagar sekolah tersebut mempunyai pagar dua lapis, hidup saya saat itu drastis berubah 100 derajat. Kebebasan saya mendadak hilang, sejak masuk sekolah SLB Handayani yang dibawah naungan Departemen Sosial praktis hidupku dididik secara semi militir. Hidup kami pun tergantung bunyi bel. Bel makan semua pelajar harus makan. Bel sholat semua pelajar harus sholat dan seterusnya. SLB Handayani memberikan kepada kami bimbingan fisik, mental sosial dan pelatihan keterampilan agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Ketika itu karena sekolah swasta kami belum bisa menyelenggarakan ujian sendiri kami ikut ujian di SMPN 11 Jakarta. Alhasil saya lulus dan mendapatkan ijazah dari SMPN 11 Jakarta. Setelah menyelesaikan pendidikan SMP Handayani, apa yang anda lakukan ? Setelah saya mendapatkan ijazah lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 1984 saya pulang ke Bandarlampung dan mencoba mendaftar di Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena riwayat pendidikan aku tertulis SLB Handayani Pusat Rehabilitasi Anak Nakal, hampir semua sekolah yang saya datangi menolak saya. Akhirnya hampir putus asa saya mendaftar di Sekolah Menengah Atas SMA Tunas Harapan Gedungmeneng, Bandarlampung punya pak Dulhadi. Singkat cerita saya selesaikan pendidikan di Tunas Bangsa dan ikut ujian di SMA 5 Bandarlampung dan lulus ujian serta mendapatkan ijazah SMA pada tahun 1987. Anda tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, apa yang anda kerjakan ? Setelah menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) saya ikut bapak usaha dagang di Desa Waygalih, Kecamatan Tanjungbintang. Di desa Waygalih itulah saya bertemu dengan wanita cantik yang hari ini telah menjadi istri. Cinta kami bersemi, berpacaran dan menikah, walau pada awal cerita rajutan asmara kami ditentang keras oleh orang tua Winarni. Sampai akhirnya pada tahun 1991 kami menikah menggunakan wali hakim. Apa alasan kedua orang tua Winarni menolak anda ? Waktu itu saya dicap pemuda pengangguran. Siapalah Nanang Ermanto yang “brandalan”. Sangat wajar bila kedua orang tua Winarni khawatir dan was-was bila Nanang mempersunting anaknya. “Sopo Nanang iku, nakal de’e iku,” kata Orang tua Winarni waktu itu sebagaimana cerita Nanang. Winarni ketika itu masih menginjak pendidikan kelas dua Menengah Atas. Sampai pada suatu hari saya membawa kabur Win (nama panggilan Winarni’red) ke rumah orang tuaku di Kedaton, Bandarlampung. Di rumah, bukannya direstui dan dinikahkan, ibu saya justru menasehati untuk memulangkan Winarni ke orang tuannya. Ibu bilang “Kamu tidak boleh menikahi Win sampai dia menyelesaikan pendiidkan sekolahnya, biarkan Win disini menyelesaikan sekolahnya, kamu di Waygalih saja membantu bapak kamu,\" kenang Nanang. Setelah menikah, apakah kehidupan anda lebih baik? Setelah menikah kami mulai usaha buka warung makan di Pasar Koga, angkat bakul jualan nasi. Dalam hati Saya bertekad harus kerja keras agar dapat membahagiakan keluarga. Awal berumahtangga dengan Winarni kami mengontrak rumah di belakang Pasar Koga, Kedaton, Bandarlampung dengan membayar uang sewa sebesar empat ratus ribu rupiah. Kerja keras sedikit-demi sedikit mulai menampakan hasil, kami mulai bisa membeli perabot rumah seperti dipan dan lemari. Rutinitas dagang di Pasar Koga saya jalani hampir selama dua tahun. Sampai pada akhirnya saya merasa bosan dan kembali ke Desa Waygalih untuk berdagang kembali disana. Pulang ke kampung saya memulai berdagang dengan modal dua jerigen bensin dan satu pak rokok. Saya mulai dagang dengan menumpang rumah kecil milik Mbah Narto. Pada tahun 1991 anak pertama kami lahir. Kami beri nama Novi Winandara. Winarni saat itu juga tak kalah gesit, di rumah geribik ukuran sekitar 6x6 Winarni ngulek pecel dan berdagang soto. Sampai ditahun kedua sekitar tahun 1992 rumah kecil yang kami tempati, kami beli dengan harga tiga juta lima ratus ribu rupiah. Awal cerita mengenal dunia poltik, bagaimana kisahnya? Sejak dulu saya memang senang bersosialiasi dan beorganisasi. Saat itu tahun1990 kharismatik kepemimpinan bung Karno menjadi sosok figur yang saya idolakan. Ditahun itu saya mulai aktif belajar potik. Saya bergabung ikut belajar dunia politik bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia di Kecamatan Tanjung Bintang. Kisruh politik di Indonesia masa orde baru membuat saya dipangil oleh pihak-pihak aparat desa untuk tidak membesarkan PDI di Desa Waygalih. Berkat kegigihan, konsistensi dan keberanian saya untuk tetap di jalur PDI waktu itu saya diangkat menjadi ketua anak ranting Partai Demokrasi Indonesia versi Megawati di Desa Waygalih (saat ini PDI Perjuangan). Anda kabarnya ketika mencalonkan diri mendapatkan suara terbanyak dipartai PDIP, komentar anda? Ya, awal cerita pada Tahun 1999 saya mencalonkan diri menjadi anggota legislatif tapi tidak terpilih karena saya tidak dapat nomor urut. Kemudian pada Tahun 2007 saya mencalonkan diri menjadi kepala Desa Waygalih, Kecamatan Tanjungbintang dan bersaing dengan empat kandidat. Alhamdulilah masyarakat Desa Waygalih mempercayakan amanahnya kepada saya untuk memimpin desa sampai dua periode. Dengan bermodal sebagai mantan Kades dua periode, pada Tahun 2009 saya berani mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kabupaten Lampung Selatan dapil Tanjungbintang. Alhamdlilah saat itu saya terpilih dengan perolehan suara sebanyak 3300 suara. Ini merupakan suara terbanyak anggota dewan dari partai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Kabupaten Lampung Selatan. Anda kemudian di percaya Partai PDIP untuk ikut mencalonkan diri bersama Bapak Zainudin Hasan sebagai calon wakil bupati Lampung Selatan, bagaimana perasaan anda waktu itu? Panjang ceritanya. Sejak awal saya tidak pernah terlintas akan menjadi calon wakil bupati yang akan mendampingi bapak H. Zainudin Hasan. Waktu itu, ketika proses penjaringan calon bupati dan wakil bupati Lampung Selatan saya justru getol mendukung langkah pak Zainudin untuk maju sebagai calon Bupati yang berpasangan dengan Bapak Eki Setyanto sebagai wakil bupatinya. Namun ditengah perjalanan ternyata H. Eki Setyanto lebih memilih kembali untuk maju berpasangan dengan H. Rycko Menoza yang lebih dikenal dengan KOKI jilid 2. Proses berjalan secara dinamika, dan pada suatu saat calon bupati Lampung Selatan Zainduin Hasan yang belum menemukan pasangan datang ke kediaman saya di Waygalih. Inti pembicaraan beliau meminta saya untuk menjadi pasangannya untuk maju sebagai calon wakil bupati Lampung Selatan. Saya kaget waktu itu, karena aku sadar secara finansial aku tidak mempunyai apa-apa ketimbang calon lainnya. Saya sadar tidak memiliki cost politik yang cukup, dan saya menolak waktu itu. Namun Pak Zainudin menegaskan kembali agar saya harus ikut maju sebagai calon wakil bupati untuk kepentingan perubahan masyarakat Lampung Selatan yang lebih baik. Sampai akhirnya PDIP memberikan tugas kepada saya untuk maju berpasangan dengan H. Zasinudin Hasan sebagai calon wakil bupati Lampung Selatan. Sekarang anda bersama Zainudin Hasan-Nanang Ermanto terpilih menjadi bupati dan wakil bupati Lampung Selatan harapan Anda? Saya berharap dengan sekuat tenaga dapat membantu tugas berat Pak Zainudin Hasan sebagai Bupati Lampung Selatan untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lampung Selatan sampai akhir masa jabatan kami. Kata kunci keharmonisan akan saya jaga untuk membantu pak Zainudin Hasan menyelesaikan tugas-tugas beliau demi terwujudnya Kabupaten Lampung Selatan yang sejahtera. (*) Profil Wakil Bupati Lamsel Nama Lengkap : Nanang Ermanto Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Karang, 10 Oktober 1967 Usia : 48 Tahun Alamat Tempat Tinggal : Dusun I A RT 004 Desa Way Galih, Tanjung Bintang – Lamsel Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Hobi : Berolahraga Moto Hidup : Sebaik-baik Manusia adalah yang memberi manfaat bagi sesamanya Riwayat Pendidikan SDN Nomor 1 Sidoarjo 1975 – 1981 SMP N 11 Jakarta Selatan 1981 – 1984 SMAN 5 Tanjung Karang 1984 – 1987 Pengalaman Pekerjaan Kepala Desa Desa Way Galih 2007-2009 Anggota DPRD Lampung Selatan 2009-2014 dan 2014 – 2019 (PAW) Pengalaman Organisasi Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Tanjung Bintang Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kabupaten Lampung Selatan – sampai sekarang Data Keluarga Nama Istri Pekerjaan Winarni Kepala Desa Way Galih Anak :1. Novi Winandara 2. Bagus Igo Winando

Sumber: