Ngaben Massal di Sumbernadi Kremasi 48 Sawe Dewasa dan 50 Anak-anak
KETAPANG – Masyarakat Hindu di Desa Sumbernadi, Kecamatan Ketapang menggelar Ngaben Massal. Puncak prosesi acara pengembalian kelima unsur pada tubuh manusia yang meninggal dunia (Kremasi) dilaksanakan, besok Kamis (26/9). Ngaben massal kali ini, panitia mengkremasi 48 sawe (jasad orang dewasa) dan 50 ngelungah (jasad anak-anak). Tahapan proses Ngaben Massal sudah berlangsung sejak satu pekan lalu. Ketua Panitia Ngaben Massal I Wayan Sujana didampingi Parisada Desa Sumbernadi I Made Sumiarsa mengatakan, Ngaben massal dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Menurutnya, Ngaben Massal kali ini diikuti 98 keluarga, yakni mengkremasi 48 sawe dewasa dan 50 jasad anak-anak. “Desa Sumbernadi sudah dua kali ini melaksanakan Ngaben Massal. Ngaben Massal kali ini mengkremasi 48 sawe dewasa dan 50 jasad anak-anak yang sebagian besar dari Desa Sumbernadi dan sekitarnya. Bahkan ada pula yang dari luar daerah Kabupaten Lampung Selatan,” kata Wayan Sujana diamini Made Sumiarse usai menggelar doa bersama, kemarin. Berdasarkan pelaksanaannya, tradisi Ngaben adalah sebuah tahap terakhir perjalanan manusia di bumi yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga akhir-akhir ini mulai ditradisikan “Ngaben Massal” agar dapat meringankan beban biaya pengeluaran keluarga yang ditinggalkan. Walaupun harus melakukannya dengan massal, tradisi Ngaben ini tak akan mengurangi makna dari upacara yang diselenggarakan karena menyesuaikan dengan dasar agama. Upacara sakral itu dihadiri sejumlah tokoh Umat Hindu. Seperti Ketua Parisada Kabupaten Lampung Selatan I Made Sukintre, Ketua Majelis Adat Pekraman (MAP) Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H, para sulinggih (Rsi dan Empu) dan para tokoh adat dan parisada tingkat kecamatan dan desa se-Kecamatan Ketapang. Sementara itu, Ketua Parisada Kabupaten Lampung Selatan I Made Sukintre mengatakan, upacara Ngaben Massal atau Pitra Yadnya secara massal untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Untuk itu, Made Sukintre mengajak kepada umat Hindu yang mengikuti prosesi Ngaben Massal dengan baik dan tidak berlebihan. “Tujuan Ngaben Massal ini untuk mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan. Bukan untuk menunjukkan keluarga mampu sehingga berfoya-foya. Jangan sampai berlebihan mengadakan Pitra Yadnya karena gengsi sehingga menimbulkan hutang dimana-mana dan keluarga terpecah belah,” kata Made Sukintre saat memberikan smabutan, kemarin. (man) KETAPANG – Masyarakat Hindu di Desa Sumbernadi, Kecamatan Ketapang menggelar Ngaben Massal. Puncak prosesi acara pengembalian kelima unsur pada tubuh manusia yang meninggal dunia (Kremasi) dilaksanakan, besok Kamis (26/9). Ngaben massal kali ini, panitia mengkremasi 48 sawe (jasad orang dewasa) dan 50 ngelungah (jasad anak-anak). Tahapan proses Ngaben Massal sudah berlangsung sejak satu pekan lalu. Ketua Panitia Ngaben Massal I Wayan Sujana didampingi Parisada Desa Sumbernadi I Made Sumiarsa mengatakan, Ngaben massal dilaksanakan setiap lima tahun sekali. Menurutnya, Ngaben Massal kali ini diikuti 98 keluarga, yakni mengkremasi 48 sawe dewasa dan 50 jasad anak-anak. “Desa Sumbernadi sudah dua kali ini melaksanakan Ngaben Massal. Ngaben Massal kali ini mengkremasi 48 sawe dewasa dan 50 jasad anak-anak yang sebagian besar dari Desa Sumbernadi dan sekitarnya. Bahkan ada pula yang dari luar daerah Kabupaten Lampung Selatan,” kata Wayan Sujana diamini Made Sumiarse usai menggelar doa bersama, kemarin. Berdasarkan pelaksanaannya, tradisi Ngaben adalah sebuah tahap terakhir perjalanan manusia di bumi yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sehingga akhir-akhir ini mulai ditradisikan “Ngaben Massal” agar dapat meringankan beban biaya pengeluaran keluarga yang ditinggalkan. Walaupun harus melakukannya dengan massal, tradisi Ngaben ini tak akan mengurangi makna dari upacara yang diselenggarakan karena menyesuaikan dengan dasar agama. Upacara sakral itu dihadiri sejumlah tokoh Umat Hindu. Seperti Ketua Parisada Kabupaten Lampung Selatan I Made Sukintre, Ketua Majelis Adat Pekraman (MAP) Dr. I Ketut Seregig, S.H., M.H, para sulinggih (Rsi dan Empu) dan para tokoh adat dan parisada tingkat kecamatan dan desa se-Kecamatan Ketapang. Sementara itu, Ketua Parisada Kabupaten Lampung Selatan I Made Sukintre mengatakan, upacara Ngaben Massal atau Pitra Yadnya secara massal untuk meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Untuk itu, Made Sukintre mengajak kepada umat Hindu yang mengikuti prosesi Ngaben Massal dengan baik dan tidak berlebihan. “Tujuan Ngaben Massal ini untuk mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan. Bukan untuk menunjukkan keluarga mampu sehingga berfoya-foya. Jangan sampai berlebihan mengadakan Pitra Yadnya karena gengsi sehingga menimbulkan hutang dimana-mana dan keluarga terpecah belah,” kata Made Sukintre saat memberikan smabutan, kemarin.(man)
Sumber: