Workshop Dianggap Modus PT.LIP
Warga Pulau Sebesi Tolak Hadiri Workshop
RAJABASA – Masyarakat Desa Tejang Pulau Sebesi, LSM Pelita, dan WALHI Lampung dengan tegas menolak undangan kehadiran di acara workshop persiapan survey lokasi tambang pasir. Pasalnya, mereka menilai proses rencana pertambangan pasir di sekitar pulau Sebesi dan Gunung Anak Krakatau (GAK) telah berakhir, dan tidak boleh diperpanjang. Warga pulau Sebesi akan terus menolak rencana, atau modus yang dilakukan pihak manapun demi melancarkan rencana mengeruk pasir di sekitar pulau dan GAK. Menurut warga, penolakan tersebut terus digaungkan karena masyarakat tak ingin melihat kerusakan dan bencana yang bakal datang akibat aktivitas pertambangan pasir. “Dari awal kami tegaskan, kami menolak, apapun bentuknya. Sudah cukup bencana yang kami alami beberapa waktu lalu, dan kami tidak ingin bencana itu terulang lagi,” kata Amar (35), warga pulau Sebesi kepada Radar Lamsel, Minggu (13/10/2019). Ketua LSM Pelita Lamsel, Yodistara Nugraha, mengatakan rencana pertambangan pasir di sekitar pulau Sebesi dan GAK telah melalui proses yang panjang. Bahkan pemerintah tengah memproses pencabutan izin PT. LIP. Adanya kunjungan kembali PT. LIP dengan alasan sosialisasi, lanjut Yodis, tentu saja hal ini bertentangan dengan tujuan perjuangan masyarakat. “Kadi tidak ada negosiasi, atau lobi-lobi berkedok sosialisasi. Intinya kita tetap menolak dan berharap kepada pemerintah untuk segera mencabut izin pertambangan PT. LIP. Jangan biarkan masyarakat risau dan gelisah dengan hal ini,” katanya. Radar Lamsel menerima rundown kegiatan sosialisasi tersebut. Tak ada keterangan siapa penggagas kegiatan itu. Namun, kegiatan yang dijadwalkan pada 13-15 Oktober itu menggelar serangkaian acara. Pada Minggu, pukul 08.00-13.00 WIB, kegiatan dimulai dengan persiapan survey/kunjungan lokasi tambang, menuju lokasi workshop di Kahai Beach Hotel di Desa Batubalak, Kecamatan Rajabasa. Selanjutnya pada Senin (14/10/2019), rangkaian acara akan dimulai dengan coffe break oleh panitia yang tak disebutkan dari pihak mana. Kemudian konsep CSR berbasis masyarakat yang akan disampaikan narasumber dari WALHI Lampung. Dilanjutkan dengan dampak lingkungan dan ekonomi terhadap pertambangan pasir laut, yang narasumbernya dari Lembaga Konservasi 21. Kegiatan selanjutnya harapan dan rencana pengembangan wisata pulau Sebesi. Menariknya, narasumber ini berasal dari tokoh masyarakat pulau Sebesi, yaitu Umar. Yang beberapa waktu lalu bersuara lantang menolak pertambangan pasir tersebut. Kegiatan terakhir akan diisi oleh protagonis, yaitu PT. LIP yang akan menyampaikan masalah perizinan, lokasi dan komitmen perusahaan terhadap masyarakat dalam pertambangan pasir laut. Direktur WALHI Lampung, Irfan Tri Musri, menegaskan pihaknya tidak akan menghadiri kegiatan workshop tersebut. Irfan mengatakan tidak ada gunanya menghadiri acara yang telah ditolak oleh masyarakat. Pemuda kelahiran Desa Kelau, Kecamatan Penengahan ini mengisyaratkan jika menghadiri acara tersebut sama saja dengan mendukung PT. LIP melakukan aktivitasnya. “Jika ada yang mengaku perwakilan dari kami (WALHI Lampung), saya pastikan orang itu berbohong. Andai kata memang ada, mungkin dia berasal dari WALHI Lampung Selatan,” katanya. (rnd)Sumber: