Features : Perjuangan Guru MTS Ar Rahman Melawan Terjalnya Gunung Bayas Jaya

Features : Perjuangan Guru MTS Ar Rahman Melawan Terjalnya Gunung Bayas Jaya

WAY KHILAU - Perjuangan para guru MTs Ar Rahman patut diacungi jempol. Bagaimana tidak, setiap hari guru MTs Ar Rahman harus berjibaku dengan terjalnya jalan menuju sekolah yang berada sekitar 5 kilometer dari kaki gunung Desa Bayas Jaya Kecamatan Way Khilau.
 
Jarum jam tepat menunjukkan pukul 9:00 wib, wartawan radar pesawaran sudah berada di kaki gunung  Desa Bayas Jaya. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Mts Ar Rahman, kamipun sempat melepaskan sejenak penat sembari beristirahat dengan ditemani segelas kopi. Sejenak kemudian, terik sinar matahari mulai terasa, kuda besi kami pun mulai menapaki terjalnya jalan. Bahkan tak jarang kuda besi yang kami kendarai nyaris terperosok. Namun demikian tak menyurutkan niat kami menuju sekolah tersebut.
 
Kurang lebih 60 menit dari kaki gunung, akhirnya kami tiba di MTs Ar Rahman yang terletak di Dusun Sertung Desa Bayas Jaya. Tidak lama kemudian, seorang lelaki menyapa dan mempersilahkan kami masuk ke ruangan guru yang berukuran sekitar 4 x 5 meter tersebut. Ya, Ahmad Haitami salah satu pengurus dan pendiri yayasan Ar Rahman dengan didampingi beberapa guru lainnya mulai menceritakan sekelumit suka dan duka mengajar di MTs tersebut.
 
\"Ya, alhamdulillah akhirnya kalian sampai juga di sekolah kami ini. Memang, akses jalan yang bebatuan dan terjal membuat kami para guru dan juga masyarakat yang membawa hasil kebun mengalami kesulitan. Karena tebingnya pada curam, kalau motor jatuh dan roboh itu sudah biasa,\" ungkap Haitami.
 
Bahkan, jika memasuki musim hujan tak jarang guru- guru harus menempuh sekitar 5 kilometer dengan berjalan kaki. Pasalnya, jika hujan turun, medan jalan yang terjal, dan tebing yang curam tidak bisa dilalui dengan kendaraan biasa. Setiap roda kendaraan harus dipasang rantai agar tidak terjungkal. 
 
Namun, berhadapan dengan jurang sudah menjadi makanan sehari-hari para guru demi mengabdi dan mendidik 89 murid di sekolah yang berdiri sejak 2012 silam. Termasuk warga yang sehari hari harus membawa hasil perkebunan mereka ataupun sekedar membeli bahan makanan di Desa Induk Bayas Jaya.
 
\"Kami berharap pemerintah dapat memperbaiki akses jalan ini mas. Belum lagi kalau murid-murid laki-laki yang sudah bisa bawa kendaraan sendiri, kasihan lihatnya,\" harapnya.
 
Dijelaskan, selain ruang guru, terdapat 3 ruang kelas dengan bangunan permanen telah dibangun dengan swadaya yayasan, bantuan dari beberapa guru termasuk masyarakat setempat. Dimana, dari 3 ruang kelas tersebut, dua diantaranya masih berlantaikan tanah dan belum di plafon. 
 
\"Masih bertahap mas, kita berharap untuk lantainisasi, meubeler dan sarana prasarana sekolah dapat dibantu pemerintah,\" harapnya.
 
Lebih jauh Ahmad Haitami menuturkan, saat ini tenaga pendidik yang berjumlah 17 orang tersebut mendharma bhaktikan tenaga dan fikiran untuk mengajar di MTs tersebut. Dengan swadaya dan gotong royong masyarakat, 3 ruang kelas yang dibangun sekitar 2018 lalu selesai dalam waktu 3 bulan. Dimana dana yang dikumpulkan bersumber dari arisan keluarga dengan jumlah Rp 5 juta pertahun dengan 8 anggota keluarga.
 
\"Ruang guru dan kelas murni dana pribadi dari arisan keluarga yang dikumpulkan. Nah, kalau luas lahan 50 x 50 meter masih cukup untuk dibangun ruang kelas lagi. Kalau mendapat bantuan gedung rencananya akan bangun Madrasah Aliyah. Dan kita sudah ajukan usulan ke pemerintah,\" paparnya. (jko/esn)

Sumber: