Masa Pandemi Covid-19, Omzet Penjahit Pakaian Tidak Menentu
CANDIPURO – Momen Ramadan biasanya dimanfaatkan sebagian besar penjahit pakaian melakoni usahanya. Pasalnya, bulan ini mereka kerap kali kebanjiran orderan. Sering dengan hal itu, omzet mereka pun bisa mencapai berkali-kali lipat dari biasanya. Namun faktanya keinginan tersebut tidak berbanding lurus pada kondisi bulan suci Ramadan tahun ini. Penyebabnya akibat Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang melanda sebagian besar wilayah di Indonesia. Kondisi ini memaksa pemerintah mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang sifatnya membatasi aktivitas masyarakat untuk sementara. Upaya tersebut, dalam rangka percepatan penaganan memutus rantai penyebaran virus berbahaya tersebut di tengah masyarakat. Kondisi demikian, pengaruhnya paling sangat dirasakan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Seperti halnya, yang di alami oleh seorang penjahit pakaian warga Dusun Desa Sidoasri, Kecamatan Candipuro. Salah satu penjahit pakaian di desa setempat, Jaya (50), mengaku omzetnya tidak menentu sejak pemerintah menetapkan status pandemi. Bahkan dirinya sering tak mendapat pesanan menjahit dari pelanggannya. \" Iya, Mas. Sudah dua bulan terkahir ini, kami jarang menerima pesanan menjahit pakaian dari pelanggan sekitar, \" ungkap Jaya Kepada Radar Lamsel, di lokasi usahanya, di Desa Titiwangi, Kecamatan setempat, Selasa (28/4). Ia menerangkan, dalam waktu dekat, anak-anak khususnya para pelajar memasuki tahun ajaran baru. Biasanya momen tersebut dijadikan ladang basah bagi pengusaha seperti mereka. Karena para pelanggan umumnya sudah mulai berdatangan untuk melakukan pemesanan menjahit pakaian untuk kebutuhan anaknya bersekolah. \" Namun kondisi tahun lalu, tidak berbanding lurus dengan kondisi memasuki tahun ajaran baru saat ini. Tahun ini pesanan menjahit pakaian sekolah sangat tidak menentu bahkan tak jarang setiap harinya tidak ada sama sekali pelanggan yang datang untuk melakukan pemesanan,\" terangnya. Bahkan tak ayal, untuk menutupi biaya operasioanl setiap hari, Jaya terpaksa kocek kantong pribadi guna mencukupi kebutuhan diirinya dan dua orang karyawannya selama membuka usaha di ruko jahitnya. Jaya menjelaskan, umumnya menjelang tahun ajaran baru, perharinya tidak kurang dari 20 potong pesanan pakaian sekolah dari para pelanggannya yang berasal dari warga sekitar. Dalam satu bulan dirinya mampu meraup omset bersih mencapai tiga juta rupiah. \" Namun semenjak Pandemi Covid-19 ini, pesanan tidak menentu. Bahkan sudah dua bulan berjalan, baru beberapa stel saja pelanggan yang datang untuk memesan,\" jelasnya. Ia berharap, semoga masa Pandemi virus berbahaya ini segera berkahir. Agar aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan normal seperti biasanya. \" Saya berdo\'a semoga wabah virus ini segera berakhir. Agar kami tidak lagi kesulitan berkativitas, sehingga kebutuhan keluarga dapat terpenuhi,\" harap Jaya dan diamini oleh dua orang karyawannya. (CW2)
Sumber: