Berkah Dari Daging Kepiting Wideng

Berkah Dari Daging Kepiting Wideng

SRAGI – Melimpahnya populasi kepiting wideng menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat di kawasan pesisir Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi. Meski tidak dapat dikonsumsi namun akhir-akhir kepiting yang berhabitat di hutan bakau dan tanggul tambak itu mulai diburu oleh masyarakat, lantaran bisa dimanfaatkan sebagai pakan benur. Salah satu masyarakat yang mulai menggeluti usaha sampingan menangkap kepiting dengan nama ilmiah Metaplax sp yaitu, Siswoyo (40). Menangkap kepiting wideng menjadi penghasilan tambahan di tengah sepi tangkapan ikan. “Lumayan bisa dijadikan penghasilan tambahan ketika hasil tangkapan ikan dilaut sedang sepi. Karena saat ini daging kepiting wideng ini mulai dijadikan pakan benur,” kata Siswoyo memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, saat ditemui di kediamannya, Selasa (15/9). Dalam semalam, ia bisa menghasilkan 3 kilogram daging kepiting dengan harga jual Rp 25.000  - Rp 35 per kilogram.  Daging kepiting biasa ia jual kepada pengepul yang ada di lingkungan Jembatan Gantung. “Kepiting di sini masih banyak. Kepiting yang sudah ditangkap direbus dahulu kemudian dikupas, diambil dagingnya saja. Biasanya dijual kepada pengepul, untuk daging warna putih kita jual Rp 35.000 sedangkan daging yang hitam harganya Rp 25.000,” jelasnya. Berkah ini tidak hanya dirasakan oleh Siswoyo. Rosmawati (35) salah satu ibu rumah tangga juga ikut merasakan keberkahan itu. Untuk mengisi waktu luang dengan mengupas kepiting wideng yang telah direbus. “Ibu-ibu juga disini juga banyak yang jadi tukang kupas kepiting. Pengepul juga biasanya menggunakan jasa ibu rumah tangga kepiting,” terangnya. Rosmeli mengaku dalam sehari, ia mampu mengupas tiga hingga empat kilogram daging kepiting. Harganya pun cukup lumayan untuk daging putih dihargai Rp 15.000 per kilogram, sedangkan daging hitap Rp 10.00. “Kalau daging putih itu dari badan kepiting, sedangkan daging hitam dari kaki kepiting. Hasinya lumaya buat uang dapur,” ucapnya. Sementara itu Ketua RT Jembatan Gantung, Rana mengungkapkan, keberadaan kepiting wideng ini memang menjadi berkah bagi masyarakatnya. Ia juga mengajak masyarakatnya menjaga kelestarian hutang mangrove yang menjadi habitat kepiting. “Ini salah satu dampak lingkungan yang masih tetap lestari. Harapan kami masyarakat juga dapat bersama-sama menjaga hutan mangrove menjadi habitat kepiting,” harapnya. (vid)

Sumber: