Akademisi: Akibat Lambat Merespon

Akademisi: Akibat Lambat Merespon

KALIANDA - Gelombang penolakan Undang-Undang Cipta Kerja yang tak kunjung mereda di berbagai daerah memantik tanggapan dari Pengamat Kebijakan Publik.   Akademisi Unila Dr. Dedy Hermawan mengatakan aksi turun ke jalan yang dilakoni buruh dan mahasiswa sudah tepat. Ia menilai danya buruh yang menuntut hak konstitusional dan pelaksanaan aturan yang adil bagi buruh, menandakan negara belum maksimal. \"Adanya protes menuntut hak konstitusional dan pelaksanaan aturan yang adil bagi kaum buruh. Menandakan kehadiran negara melalui berbagai kebijakan belum optimal dihadapan kaum buruh,\" kata Dedy, Senin (12/10).   Dengan turun ke jalan itu, kata pria bergelar doktor ini adalah bagian dari jalan terakhir. \"Aksi parlemen jalanan, protes terbuka, aksi mogok, mendirikan posko perjuangan dan sebagainya. inilah cara-cara terakhir ketika berbagai saluran aspirasi tersumbat atau lambat merespon suara tuntutan kaum buruh,\" jelasnya.   Meski mahasiswa dan buruh se-Indonesia sudah protes berdemo, namun kata akademisi Universitas Lampung ini tetap dianggap sepi oleh pemerintah dan DPR. \"Untuk itu penyaluran aspirasi dengan cara-cara protes terbuka di lapangan masih harus terus dilakukan secara bersamaan. Untuk menjaga semangat perjuangan kaum buruh,\" katanya. Walaupun demikian, tentunya kata Dedy cara ini dilakukan dengan tertib tanpa anarkis. \"Energi kaum buruh harus dijaga. Advokasi melalui jalur hukum dikawal dengan aksi di lapangan dan media cetak dan sosial,\" paparnya.   Dedy juga meminta kepada buruh dan mahasiswa untuk melakukan jalur konstitusional melalui judicial review ke Mahkamah Konstitusi. \"Jalur konstitusional melalui judicial review dan tuntutan penerbitan perpu tetap dilakukan, sebagai solusi penolakan undang-undang cipta kerja,\" ujar Dedy.   Lantas apakah buruh di Indonesia perlu membentuk partai buruh untuk menaikkan posisi tawar di pemerintahan? Menurut Dedy belum perlu. Menilik sejarah, partai buruh pernah ada dalam sejarah perpolitikan tanah air. Namun, partai buruh tersebut gagal bertahan dan akhirnya mati. \"Tetap saja memperkuat barisan perjuangan melalui serikat-serikat pekerja/buruh, itu cukup efektif. Dan memperkuat jaringan dengan berbagai stakeholder,\" tandasnya.(red/rnn)

Sumber: