Nilai Jual Sawit Merangkak Naik
SIDOMULYO – Dalam kurun waktu hampir satu tahun, perkebunan kelapa sawit di sebagian wilayah Sidomulyo, tidak produktif. Kondisi itu akibat terhambatnya perwatan, lantaran, kurangnya pasokan air saat kemarau melanda. Kondisi sulit semakin dirasakan para petani perkebunan kelapa sawit di desa itu. Sebab, bukan hanya faktor tidak produktivnya perkebunan kelapa sawit mereka, melainkan kondisi diperparah dengan harga jual dikalangan petani kala itu merosot tajam. Salah seorang petani perkebunan kelapa sawit di Desa Banjar Suri Mulyono (62) mengatakan, sempat satu tahun belakanagan petani perkebunan kelpa sawit di desanya menjerit, akibat tidak produktifnya perkebunan kelapa sawit mereka. Namun, kata dia masa sulit kini itu berangsur pulih, disusul sokongan hujan di tahun ini begitu mendukung. Sehingga, pohon kelapa sawit mereka yang tadinya tidak produktif, kini perlahan mulai pulih kembali. “ Alhamdulilah sudah satu bulan ini, pohon kelapa sawit milik saya sekarang mulai berbuah kembali, yang tadinya hampir satu tahun sempat berhenti berbuah, akibat kemarau,” ungkapnya kepada Radar Lasmel, Rabu (4/11). Ia bercererita, sebelumnya harga jual ditingkat petani pada 8 bulan belakang merosot dari perkilogram kelapa sawit Rp 1.300-1.400 turun menjadi Rp 6.00 bahkan pernah merosot hingga Rp 3.00. “ Tahun lalu sempat harga perkilogram kelapa sawit hanya dibawah Rp 1000 bahkan lebih merost lagi. Tapi kini harga berangsur naik menjadi Rp 1.300-1.400,” tutur Mulyono. Terpisahnya, Kepala UPT TPHBun Kecamatan Sidomulyo Didik Deky Setiawan mengamini hal tersebut. Dimana menurut informasi yang dia didapat saat monitoring di setiap perkebunan kelapa sawit milik warga diwilayah kerjanya itu, dikatakakanya ada bebarapa faktor penyebab, tidak produktifnya pohon kelapa sawit milik warga tersebut. “ Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petani perkebunan kelapa sawit di Sidomulyo,” ujarnya. Diantaranya ia menyebut, kurang maksimalnya perawatan. Selain itu faktor lainnya adalah usia pohon kelapa sawit pun sudah tua yakni, diatas 20 tahun. Kemudian, bibit pohon tidak berkualitas baik, serta tidak adanya sistem penyimpanan cadangan air dilokasi perkebunan. “ Tidak adanya tempat penyimpanan cadanga air di areal perkabunan. Sehingga, ketika dihadapan kondisi sulit air saat kemarau, petani perkbunan kelapa sawit tidak dapat melakukan perawatan dan pemupukan tanaman. Berimbas tidak berbuahnya pohon kelapa sawit,” sebutnya. Ia mengatakan, setidaknya ada sekitar 600 hektar lebih perkebunan kelapa sawit di wilayah kerjanya tersebar dimasing-masing desa. Dimana, saat ini pihaknya sedang melakukan pendataan sekaligus pembinaan. Untuk para petani mendapat akses kemudahan program pemerintah. “ Saat ini kami sedang gencar mendata para petani, agar dapat tergabung dalam kelompok tani. Sehingga, kebutuhan akan pupuk dan program pertanian dari pemerintah dapat menyentuh merata kepada para petani,” pungksanya.(sho)
Sumber: