Pernyataan Disnakeswan Buat Petani Geli

Pernyataan Disnakeswan Buat Petani Geli

Dinas Ditantang Gali Kubur Ayam Proyekan KALIANDA – Polemik kematian massal bantuan ternak non ruminansia yang dilaksanakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak dan Keswan) Kabupaten Lampung Selatan, masih terus bergulir. OPD ini ogah dituding sebagai pihak yang lalai dalam peristiwa tersebut. Selain menampik tuduhan hewan ternak yang didistribusikan dalam kondisi sakit, Disnak dan Keswan Lamsel menyebut peristiwa itu akibat kurang cakapnya kelompok atau penerima bantuan. Hal ini dibuktikan dari prosentase jumlah kematian hewan yang diinventarisasi oleh jajarannya. “Kami tidak mungkin menyalurkan ayam bantuan dalam kondisi sakit. Apalagi mekanisme dalam pemberiannya harus melewati masa karantina selama 12 hari. Bahkan bisa kita buktikan dari surat yang dikeluarkan dari pihak karantina hewan sebagai syarat penyaluran hewan ternak bantuan ini,” ungkap Kepala Disnak dan Keswan Lamsel, drh. Arsyad Husein dikantornya, Senin (16/11) kemarin. Dari inventarisasi jumlah kasus kematian ternak bantuan, imbuhnya, terdapat 1.595 ekor ayam yang mati setelah ditangan kelompok penerima. Menurutnya, jumlah tersebut masih dikatakan dalam batas kewajaran karena tidak sampai 10 persen dari total bantuan yang digelontorkan pada tahap I ini. “Distribusi tahap I ini baru diberikan kepada 51 kelompok di 6 kecamatan. Setiap kelompok memperoleh 200-an ekor ayam. Dari perhitungannya tidak sampai 10 persen yang mati. Ini sangat wajar dan sudah masuk dalam perhitungan karena yang disalurkan ini bukan benda mati. Kematiannya sebelum tujuh hari dari waktu diterima maka sepenuhnya jadi tanggungjawab penyedia. Artinya kematian ayam bantuan itu bukan karena ayam sakit,” imbuhnya. Arsyad menilai, kematian ayam bantuan tersebut lantaran kurang cakap nya kelompok penerima dalam penanganan pasca penyaluran. Sebab, dia mengklaim masih banyak penerima yang cakap memperlakukan ternak sehingga angka kematiannya rendah atau mampu bertahan. “Hewan ternak ini didatangkan dari pulau Jawa. Tentu harus ada kecakapan dari masing-masing penerima atau kelompok. Jadi, mati nya bukan karena virus. Kalau virus saya jamin semua mati secara keseluruhan. Jadi kami rasa persoalannya kurang cakap dalam perlakuannya pasca diterima karena hewan juga perlu adaptasi,” lanjutnya. Dia mengakui, kurang cakapnya penerima dalam memperlakukan ayam bantuan yang datang dari luar pulau karena tidak ada pelatihan khusus sebelumnya. Terlebih, banyak kelompok penerima yang memang masih baru atau awam dalam urusan tersebut. “Kegiatan ini merupakan aspirasi dari wakil rakyat kita. Maka sasarannya secara menyeluruh. Totalnya menyasar pada 280 kelompok penerima yang terbagi dalam dua kategori. Pertama yaitu 169 kelompok penerima ternak ayam dan 111 kelompok penerima bantuan ternak itik. Kita tidak ada anggaran untuk pelatihan khusus hal ini. Bahkan, bantuan ini tidak mencakup pakan ternak nya karena keterbatasan anggaran,” sebutnya. Ketika disinggung kapan penyaluran bantuan ternak selanjutnya, Arsyad memperkirakan bakal diterima pada akhir pekan ini. Termasuk penggantian ribuan ayam yang mati itu bakal segera disalurkan bersamaan. “Totalnya ada 61.160 ekor Itik dan Ayam untuk 280 kelompok di 17 kecamatan. Pekan ini akan dikirim lagi untuk kelompok penerima yang belum mendapatkan. Kita juga minta penyedia untuk sekaligus mengganti ayam yang mati,” pungkasnya. Di bagian lain, kematian ayam proyekan PT. Melayu Muda Konstruksi terus dituding menjadi penyebab matinya unggas ternakan milik petani diluar bantuan. Hingga Senin (16/11) kemarin jumlah ternak unggas milik anggota Kelompok Naga Sari Kecamatan Sragi yang mati bertabah 30 ekor. Sebagian besar unggas milik anggota Kelompok Nagasari itu merupakan merupakan entok. Tudingan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan kematian ayam bantuan disebabkan penyakit yang berasal dari kandang penerima bantuan, membuat petani geli. Sebab ayam diterima sudah dalam keadaan sakit kemudian menularkan penyakit kepada ayam warga. Sunaryo (52) salah satunya, ia mengatakan sejak lima hari terakhir sudah tujuh ekor ayam miliknya yang mati dan dilaporkan. Penyebab kematian ayam miliknya itu lantaran tertular penyakit yang ayam bantuan yang diterimanya pada 6 November lalu. “Ya saya menerima lima ekor ayam bantuan dan mati semua setelah tiga hari saya terima. Kemudian penyakitnya malah menular ke ayam kampung miliki saya, sudah tujuh  ada ekor ayam yang mati,” ujar Sunaryo meberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di kandang ayam miliknya, Senin (16/11) kemarin. Lebih menyakitkan lagi, kata Sunaryo, setelah ayam kampungnya habis lantaran mati. Ia mengaku hingga Senin kemarin 22 ekor entok miliknya juga ikut mati lantaran tertular penyakit. “Ayam dan entok mati karena ketularan penyakit dari ayam bantuan ini.  Karena sebelumnya tidak ada ternak saya yang sakit apalagi mati. Semuanya sudah saya laporkan kepada ketua kelompok,” terangnya. Sementara itu Ketua Kelompok Ternak Naga Sari Rudi Setiawan mengungkapkan, hingga saat ini total ada sekitar 35 ekor ternak masyarakat yang mati lantaran tertular penyakit dari ayam bantuan tersebut. “Sudah banyak yang memberikan laporan, total ada sekitar 35 ekor. Kemungkinan kematian ternak warga ini akan terus bertambah, karena sampai saat ini  masih banyak ayam warga yang mulai sakit,” terangnya. Rudi juga menampik tudingan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan soal kematian ayam bantuan yang disebabkan virus yang berasal dari kandang peternak. Sekali lagi ia terangkan, bahwa ayam diterima memang sudah dalam keadaan sakit. “Saya sendiri merasa bersalah karena banyak ayam anggota kelompok yang mati karena ketularan penyakit. Malah penyakitnya dibilang dari kandang peternak, padahal sebelumnya tidak ada ternak unggas yang mati. Orang dinas bisa datang untuk membuktikan kebenarannya, kalau perlu kita gali lagi ayam yang sudah dikubur,” ucapnya. Berita kematian ternak unggas di Desa Margajasa itu juga mengundang keresahan kelompok ternak di Desa Sukapura. Ketua Kelompok Ternak Jaya Makmur, Purwanto juga mengamini, bahwa pada saat diterima ayam bantuan tersebut memang kurang sehat. Namun jumlah kematian bisa diminimalisir dengan dilakukan penyemprotan desinfektan pada kandang ayam. “Kita juga terima bantuan, dari 222 ekor pada saat diserahkan memang kurang sehat, ayamnya batuk-batuk. Tapi hanya 13 ekor yang mati. Sebab, ayam yang sebelumnya sakit langsung kita pisah dan beri obat. Tapi mendengar sudah banyak ayam yang mati di kelompok lain kita juga mulai resah,” tuturnya. Di sisi lain petani yang belum menerima bantuan unggas tersebut menginginkan, pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) setempat, memeriksa kesehatan unggas bantuan sebelum didistribusikan. Langkah tersebut, guna memastikan ternak unggas bantuan berupa ayam dan itik dari pemerintah itu tidak terinfeksi penyakit. Sebelumnya diberitakan, pengembangan ternak non ruminansia yang dilakasnakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan dengan tujuan pemenuhan pangan asal ternak, jauh panggang dari api. Sebab, belum apa-apa 222 ekor bantuan ayam buras (Bukan ras) jenis joper yang di distribusikan di Desa Margajasa Kecamatan Sragi pada 6 November lalu, kini hanya tersisa sekitar 50 ekor yang masih bertahan hidup. Kematian ayam proyekan tersebut dipercayai bukan disebabkan oleh stres atau pengaruh perubahan cuaca yang ekstrim. Petani penerima ayam-ayam proyekan PT. Melayu Muda Konstruksi sebagai rekananmenilai, ayam yang diberikan kepada kelompok tani sudah membawa penyakit ketika sampai ke tangan mereka. Kekecewaan masyarakat atas bantuan tersebut semakin menguat dalam tiga hari terakhir. Sebab, tak hanya ayam bantuan itu saja yang terus mengalami kematian, unggas peliharaan seperti ayam kampung milik petani juga ikut mati. Diyakini terpapar penyakit ayam proyekan itu. Jahudin (50) salah satu anggota Kelompok Ternak Naga Sari penerima bantuan tersebut mengaku, kecewa dengan bantuan ayam dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan itu. Jangankan untuk dikembangkan, dalam kurun waktu satu pekan lima ekor ayam  joper yang diterimanya kini sudah habis. “Kecewa kita, Mas. Ayam diberikan begitu saja tanpa kita diberitahu bagaimana cara penanganannya. Sudah itu ayam yang kita terima ayam sakit. Punya saya lima ekor itu sudah habis,” ujar Jahudin memberikan keterangan kepada Radar Lamsel Minggu (15/11). (idh/vid/red)

Sumber: