Mangais Rupiah Lewat Budidaya Maggot

Mangais Rupiah Lewat Budidaya Maggot

TANJUNG BINTANG - Penoreh penghargaan dari Direktur Jendral Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (RI) sebagai Natural Leader STBM terbaik Kabupaten - Kota, Warsito, membudidayakan Maggot sebagai penunjang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) pilar ke-empat, yakni Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.   Sebab, dalam waktu satu hari, Maggot tersebut membutuhkan sekitar 35 kilogram sampah organik untuk konsumsinya. Hal itu dapat mengurangi sampah limbah rumah tangga yang terus meningkat.   Selain bermanfaat mengurangi sampah rumah tangga, budidaya Maggot juga membawa berkah baginya. Karena, larva Maggot memiliki nilai jual dan sangat bagus digunakan sebagai pakan ternak unggas.   \"Sangat bagus untuk dijadikan pakan ayam, bebek dan hewan unggas lainnya, karena kandungan proteinnya tinggi,\" Ujar Natural Leader Tanjung Bintang, Warsito, kepada Radar Lamsel di budidaya Maggot miliknya, Desa Jati Indah, Selasa (17/11).   Tiap satu kilogram larva Maggot dijual dengan harga Rp 6.000. Tak hanya itu, dirinya juga menjual telur Maggot dengan harga Rp 6000 per-gram bagi siapapun yang ingin belajar budidaya Maggot.   \"Ya sudah banyak yang pasan, kadang 10 kilogram, warga Desa Jati Indah juga sudah mulai ada yang mau belajar budidaya Maggot untuk kebutuhan ternak unggas nya. Itu telurnya beli dari saya,\" Ucapnya.   Menurutnya, budidaya Maggot cukup mudah. Kendalanya saat ini berupa box yang masih kurang, dirinya juga membutuhkan alat penggiling sampah organik untuk keperluan Maggot tersebut agar sampah organik bisa dikonsumsi Maggot secara merata.   \"Ini masih kurang box nya baru ada 17, sebetulnya biar maksimal butuh 28 sampai 30 box agar sirkulasinya berjalan baik. Karena setelah bertelur, jantan dan betinanya mati. Selama inikan saya cacah menggunakan golok secara manual, kalau ada alat penggiling itu sebetulnya bisa lebih mudah lagi,\" Pungkasnya.   Masih kata Warsito, dia menambahkan, mulai dari telur hingga menetas menjadi larva Maggot membutuhkan waktu empat hari, sementara siap panen jika sudah berusia 18 hari. \"Dari telur menetasnya empat hari, siap dikonsumsi ternak usia 18 hari,\" Kata dia.   Sementara itu, Kepala Desa Jati Indah, Ibdi Irwanto mentarget, budidaya Maggot bisa dilakukan oleh warganya minimal tiap di tiap dusun. Selain mengurangi sampah organik, budidaya Maggot dinilai dapat menunjang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).   \"Kedepan saya ingin Desa Jati Indah ini dikenal sebagai Centra Maggot. Karena ini sangat bagus untuk menunjang UMKM. Harapan saya ini nantinya bisa terus berkembang,\" Harapnya.(rif)

Sumber: