Komisi II : Disnak dan Keswan Lalai

Komisi II : Disnak dan Keswan Lalai

Khawatir Penyakit, Kelompok Tolak Ayam Bantuan

  KALIANDA – Polemik kematian ribuan ekor ayam dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak dan Keswan) Lampung Selatan, ditangan kelompok penerima manfaat memasuki babak baru. Jajaran parlemen menilai OPD terkait lalai dalam pengawasan bantuan hibah setelah diserahterimakan oleh pihak rekanan. Komisi II DPRD Lampung Selatan bakal melakukan penelusuran atas berbagai dugaan sementara yang menjadi penyebab kematian ayam bantuan hibah tersebut. Pihaknya, tidak ingin hal tersebut justru merugikan penerima yang notabenenya adalah masyarakat Lamsel. “Kita siap menanggapi apa yang jadi keluhan masyarakat khususnya kelompok penerima. Tanggapan dari dinas yang mengelak penyebab kematiannya juga kita tampung. Tapi, fakta dilapangannya akan kita telusuri dalam waktu dekat. Hal ini bukan untuk membuktikan salah atau benar semata. Lebih kepada pelayanan kami sebagai wakil rakyat yang dipercaya masyarakat duduk di DPRD,” tegas Ketua Komisi II DPRD Lamsel Halim Nasai saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Selasa (17/11) kemarin. Pihaknya juga bakal menjadwalkan rapat dengar pendapat (hearing’red) setelah data dan fakta di lapangan selesai diperoleh. Sehingga, mampu memutuskan win-win solution atas persoalan tersebut. “Ketika data valid semua, akan kita agendakan hearing. Jika perlu, akan kita minta pihak rekanan dihadirkan untuk memberikan keterangan soal peristiwa ini,” tukas politisi DPD PAN Lamsel. Sementara itu, Sekretaris Komisi II DPRD Lamsel, Bowo Edy Anggoro mengatakan hal senada. Bahkan, persoalan tersebut telah jadi pembahasan internal Komisi II yang membawahi urusan tersebut. Wakil rakyat asal Palas tersebut menyayangkan, atas fakta dilapangan yang jelas membuktikan bantuan ayam mati setelah belum lama diterima oleh kelompok masyarakat penerimanya. Hal ini jelas mengindikasikan, minimnya kualitas barang yang menjadi obyek bantuan hibah tersebut. “Bantuan ini diberikan sebagai jejaring sosial untuk membantu masyarakat ditengah pandemi covid-19.  Maka dari itu, sebagai wakil masyarakat di pemerintahan kami menyetujui kegiatan ini. Tapi, jika pada prakteknya malah merugikan masyarakat kami sangat sesalkan itu. Memang kalau dilihat bantuan ini kecil sekali untuk setiap kelompok penerimanya. Tapi kan ini pemerataan ke semua kecamatan, jadi sayang sekali anggaran besar tapi hasilnya tidak sesuai harapan,” keluh Bowo. Dia tidak memungkiri, jika selama ini citra yang terbentuk dikalangan masyarakat terhadap segala bantuan dari pemerintah  sangat buruk di segi kualitas. Namun, dia berharap hal ini bisa diperbaiki mulai dari tingkat daerah. “Apalagi jenis bantuan nya hibah. Ya, kita tahu lah dan sudah jadi rahasia umum setiap yang namanya bantuan pemerintah itu tidak pernah mengedepankan kualitas. Yang terjadi justru komplain di masyarakat sebagai penerimanya. Menurut kami, ini kelalaian dinas dari segi pengawasan. Jangan hanya menyalahkan pihak penyedia. Ini sangat kami sayangkan,” tandasnya. Dia berharap, persoalan ini segera diselesaikan bersama dari semua pihak terkait. Karena, bagaimanapun bentuk nya perihal ini sudah menjadi tanggungjawab bersama. “Kita harus tunjukan tanggungjawab sebagai pemerintah. Bukan saatnya untuk menyalahkan si A, B atau C lagi kalau seperti ini. Segera kami akan memanggil Disnak dan kalau perlu penyedianya juga dihadirkan. Nanti kalau sudah ada jadwal hearing akan kita beri kabar teman-teman media juga,” pungkasnya. Sementara itu, kasus kematian ayam bantuan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan masih menjadi polemik di sejumlah kelompok ternak Kecamatan Palas. Bahkan di Desa Sukaraja, setelah didistribusikan kepada kelompok,  ayam yang semula akan dibagikan kepada anggota kelompok mendapat penolakan lantaran ayam yang akan diserahkan sakit. Ketua Kelompok Ternak Sumber Reziki Suwanto mengaku, sama seperti pada kelompok ternak di desa lain, kelompoknya juga menerima 222 ekor ayam joper dari program Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lampung Selatan. Namun hingga saat ini ayam bantuan tersebut hanya tersisa 32 ekor yang bertahan hidup. “Yang mati lebih dari separuh, sejak diserahkan ayam bantuan ini hanya  tersisa 32 ekor. Ayam mati karena sakit, di hari pertama saja langsung 30 ekor yang mati,” ujar Suwanto memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, saat ditemui di kandangnya Selasa (17/11) kemarin. Suwanto menjelaskan, semula ayam bantuan tersebut akan lansung dibagikan kepada anggota kelompoknya. Namun ditolak lantaran khawatir ayam yang sakit akan menularkan penyakit kepada ayam kampung. “Sebelumnya akan kita bagi menjadi empat kandang. Namun ditolak oleh anggota karena banyak ayam yang mati. Mereka taku ayam yang mati ini akan menularkan penyakit ke ayam kampung mereka. Sampai saat ini ayam masih kita tampung di satu kandang, dan masih ada yang sakit walaupun sudah kita semprot dan obati,” terangnya. Hal senada juga diutarakan oleh Ketua Kelompok Ternak Bina Lestari Desa Pulau Tengah, Widodo. Ia mengungkapkan, di kelompoknya terdapat 162 ekor ayam yang mati. Meski tak mau menjelaskan penyebab kematian ayam bantuan tersebut, namun ia mengaku enam ekor ayam kampung dan tiga ekor entok miliknya juga mati. “Ada 162 ekor yang mati dan sudah kita laporkan. Tapi diluar itu ada enam ekor ayam kampung dan tiga ekor mentok saya juga mati,” terangnya. Lantaran tingginya jumlah kematian, ayam yang semula akan dibagikan kepada anggota kelompok juga diurungkan. “Anggota kelompok belum mau dibagi, mereka lebih memilih ditampung sementara di rumah saya karena banyak ayam bantuan yang mati,” pungkasnya. (idh/vid)

Sumber: