Disnak Abaikan Atensi Komisi II
Ayam Bantuan Pengganti, Berguguran
KALIANDA - Sikap acuh dan abai ditunjukan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnak dan Keswan) Kabupaten Lampung Selatan, dalam lanjutan penyaluran unggas bantuan. Meski sebelumnya Komisi II DPRD telah memberikan warning keras agar lebih selektif, namun fakta di lapangan tidak ayam yang disalurkan tak jauh berbeda dari sebelumnya. Saat hendak dikonfirmasi mengenai hal tersebut Rabu (25/11) kemarin, Kepala Disnak dan Keswan Lamsel, drh. Arsyad Husein menunjukan sikap anti intelektual dengan mengabaikan upaya konfirmasi Radar Lamsel. Ini membuat publik kian menaruh curiga terhadap proyek miliaran rupiah yang digawangi kontraktor asal Riau tersebut. Ayam pengganti yang diterima masyarakat kondisi nya tak jauh berbeda dengan ayam bagian pertama. Di Kecamatan Palas dan Sragi kematian ayam bantuan tersebut masih terus terjadi. Seperti yang diutarakan oleh Ketua Kelompok Ternak Tri Karya Manunggal Sanmiarjo. Hingga Rabu (25/11) kemarin, ayam pengganti yang disalurkan pada 21 November lalu jumlah kematiannya terus bertambah lantaran yang dikirim ayam tak sehat. “Sampai sekarang jumlah ayam yang mati terus bertambah. Kemarin sudah 9, sekarang sudah nambah dua ekor lagi yang mati. Itu juga kita belum menerima laporan dari semua anggota kelompok,” ujar Sanmiarjo memberika keterangan kepada Radar Lamsel. Menurut Sanmiarjo, penyebab kematian bukan hanya disebabkan kondisi ayam yang disalurkan dalam keadaan kurang sehat. Hal itu juga dipengaruhi oleh wabah penyakit yang tengah melanda hewan ternak unggas di desa setempat. “Kalau menurut saya, waktu pendistribusiannya juga kurang tepat. Orang dinas tidak membaca kondisi yang sedang terjadi di lapangan. Akibatnya sampai saat ini masih banyak ayam yang mati, meskipun sudah dikatakan sehat,” ungkapnya. Meski jumlah kematian ayam dikelompoknya tersebut sudah dilaporkan. Namun Sanmiharjo belum mengetahui apakah 11 ekor ayam yang mati tersebu akan diganti. “Saya hanya menjalankan tugas melaporkan ayam yang mati. Diganti atau tidaknya saya enggak tahu. Kalau diganti ditengah kondisi sekarang ini juga percuma, akan mati lagi. Sebab ayam kampung warga masih ada yang mati kena penyakit,” ungkapnya. Hal senada juga utarakan oleh Ketua Kelompok Ternak Bina Lesatari, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Palas, Widodo. Di kelompoknya 163 ekor ayam yang mati juga telah diganti oleh pihak rekanan. Meski menurutnya, kondisi ayam yang didistribusikan pada pekan lalu dalam kondisi lebih sehat. Namun masih ada enam ekor ayam yang mati dan dilaporkan kepada pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Kesehatan Hewan Kecamatan Palas untuk mendapatkan ganti. “Ayam yang dikirim lebih sehat dari yang sebelumnya. Tapi dua hari ini ada enam ekor yang mati, mungkin karena steres perjalanan. Ayam yang mati ini juga sudah kami laporkan karena akan diganti lagi,” pungkasnya. Kasus ayam bantuan yang mati juga melanda kelompok penerima di kecamatan Penengahan. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, sedikitnya ada delapan ekor ayam bantuan yang mati. Semuanya milik kelompok Mandiri dari desa Way Kalam, kecamatan Penengahan. \"Sudah seminggu ini ada delapan yang mati,\" kata salah satu anggota kelompok Mandiri kepada Radar Lamsel, Rabu (25/10/2020). Kesepakatan merahasiakan identitasnya di koran membuat anggota ini sedikit terbuka ihwal masalah ayam bantuan yang mati. Dia mengatakan sejauh ini memang baru itu jumlahnya, namun tidak menutup kemungkinan bakal ada lagi ayam yang mati karena pelbagai faktor. \"Hari ini belum saya cek lagi ada berapa yang mati. Biasanya sih ada saja, namanya juga ayam bantuan,\" kata dia. Di kelompok lain, jumlah ayam bantuan yang mati lebih parah lagi. Seperti yang dialami kelompok Srimaju dari dusun Banyu Urip, desa Kuripan. Jumlah ayam yang mati dalam kelompok ini mencapai 20 sampai 30 ekor. Siklus kematiannya pun sama, seminggu setelah diterima oleh kelompok. “Dapat seminggu itu banyak yang mati. Coba tanya kelompok lain, siapa tahu ada banyak juga yang mati,” kata salah satu anggotanya. Sementara anggota lainnya cukup menyayangkan banyaknya ayam bantuan yang mati. Semestinya, kata dia, kelompok atau penerima manfaat bantuan dibekali pelatihan tentang budidaya ayam joper tersebut. Tetapi yang terjadi di lapangan malah sebaliknya. \"Maunya begitu, pelatihan dulu sebelum bantuan ayamnya diterima. Kalau sekarang mungkin sudah telat,\" katanya. Dia juga tidak tahu apakah ayam yang mati bakal diganti oleh dinas atau instansi terkait. Dikonfirmasi mengenai ayam bantuan yang mati di kelompok Mandiri, Sekretaris Desa Way Kalam, Anwar Haqiqi, mengaku tidak tahu banyak mengenai urusan itu. Bahkan Qiqi pun tidak tahu ada berapa jumlah penerima di desanya. \"Belum pernah ada laporan ke kami, entah dari dinas ataupun UPT. Jadi kami tidak tahu menahu siapa saja orangnya,\" katanya. Qiqi mengatakan bahwa aparatur desa tahu jika ada kelompok yang menerima bantuan ayam setelah menerima informasi. Jika tidak, mungkin sampai sekarang Pemerintah Desa Way Kalam tidak akan mengetahuinya. Walau demikian, desa juga tidak meminta laporan dari kelompok. \"Intinya kami tidak bertanggung jawab, karena dari awal kami memang tidak tahu. Sebelum kami melihat langsung penyerahan bantuan ayam itu,\" katanya. Padahal, jika mengulas Rapat Dengar Pendapat (RDP) sebelumnya, Sekretaris Komisi II DPRD Lamsel, Bowo Edi Anggoro berharap, penyaluran selanjutnya ayam bantuan dapat benar-benar dipantau secara intensif. Mulai dari proses karantina dan pemberian vaksin. Sehingga, ketika ayam diserahkan benar-benar dalam kondisi sehat dan prima. “Memang benar kegiatan ini tanpa pendampingan pakan dan pelatihan. Ini juga akan menjadi catatan kami untuk kedepan. Tapi, paling tidak harus sedikit disampaikan melalui ketua kelompoknya jika ayam ini harus diperlakukan seperti apa ketika baru diterima. Ini untuk mengurangi resiko kematian. Jangan sampai masyarakat justru mencemooh bantuan pemerintah, harusnya mereka senang bukan kesusahan karena ayamnya mati,” tegas Bowo pada saat memimpin hearing bersama Disnak dan Keswan, beberapa waktu lalu. Tak hanya itu, Bowo juga meminta, agar penyaluran lanjutan lebih selektif dan teliti. Yakni, dengan menyalurkan ayam yang benar-benar sudah dalam kondisi prima atau sehat. \"Kita minta ayam yang selanjutnya harus sehat ditangan penerima. Kalau perlu, selama karantina nanti yang sehat dulu disalurkan. Sisanya, tunggu sampai sehat betul dan siap dibagi kemasyarakat. Supaya tidak menimbulkan kegaduhan yang kian meresahkan. Niat kita pemerintah ini untuk membantu, jangan sampai malah jadi persoalan karena banyak mati,” pungkasnya. (vid/rnd/idh)Sumber: