Inseminasi Buatan Sepi Tanggapan
SIDOMULYO – Berakhirnya program Upaya Khusus Sapi Wajib Bunting (Siwab) sejak 2018 silam menyebabkan peternak tak lagi dapat inseminasi buatan secara gratis. Sejak program pusat itu berakhir IB baik secara mandiri maupun swadaya diharuskan berbayar Rp 100 - 150 ribu. IB berbayar itu lantas menjadi ganjalan bagi peternak yang serba kekurangan. Sebab merogoh kocek di tengah pandemi saat ini amat sukar dilakoni. Padahal IB meningkatkan populasi sapi. Sebagai catatan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Sidomulyo misalnya, rentan waktu 2016 tingkat populasi sapi meningkat dari 2000 ekor menjadi hampir 6000 ekor populasinya. “Setelah berakhirnya program Upaya Khusus Sapi Wajib Bunting (Upsus Siwab) secara gratis oleh pemerintah, para peternak tidak sedikit yang terkejut dan enggan melakukan IB terhadap ternaknya lantaran IB tak lagi gratis,” kata Kepala UPT Puskeswan Sidomulyo Barkah, Selasa (12/1/2020). Dia mengungkapkan, rentan waktu 2016 kebawah, populasi hewan ternak sapi di Kecamatan Waypanji dan Sidomulyo terbilang rendah. Populasi di masa itu, hanya berkisar dibawah 2000 ekor. Rendahnya tingkat populasi sapi dipengaruhi banyak faktor; paling menonjol kata Barkah, pemeliharaan sapi sistem tradisional menyebabkan kurangnya peran peternak dalam mengatur perkembangbiakan ternaknya. Kemudian sambungnya, pada saat hewan ternak sapi mereka memasuki usia dewasa antara 1 hingga 2 tahun, peternak banyak yang memutuskan untuk menjual indukan, dengan alasan faktor ekonomi. Selain itu, masih minimnya pengetahuan para peternak tentang metode pembibitan, menjadi salah satu indikator diantaranya. “ Pada tahun 2016 tingkat populasi sapi di Sidomulyo dan Waypanji rendah. Hal tersebut dipengaruhi SDM peternak belum optimal. Serta, faktor ekonomi melatarbelakangi populasi sapi rendah. Sebab, umumnya, sapi peliharaan ketika memasuki umur dewasa 1-2 tahun, banyak yang dijual,” imbuhnya. Ia membeberkan, di tahun 2016-2018 pemerintah mengambil langkah kebijakan untuk percepatan peningkatan populasi sapi melalui program Upsus Siwab. Dimana program tersebut mencakup dua program utama yaitu peningkatan populasi melalui IB dan Intensifikasi Kawin Alam (Inka). “ Melalui metode kawin suntik dengan memasukan sperma dari pejantan sapi unggul ke dalam saluran reproduksi sapi betina agar dapat bunting tanpa perlu mendatangkan sapi pejantannya,” bebernya. Manfaat kawin suntik diantaranya kata dia, dapat meningkatkan populasi sapi penggunaan pejantan unggul. Dapat menghemat biaya pemeliharaan, mengurangi penularan penyakit, memperbaiki mutu genetik dan mencegah terjadinya perkawinan sedarah, menghemat waktu, meningkatkan tingkat keberhasilan bunting mencapai 90 persen. Barkah berujar, melalui program tersebut mampu memaksimalkan potensi sapi untuk dapat terus menghasilkan pedet. Program ini pun menjadi fokus Puskeswan hingga saat ini, dalam rangka meningkatkan produksi dengan inseminasi buatan. “ Program Siwab yakni Inseminasi Buatan (IB) pada tahun 2016-2018 gratis. Dari 2000 populasi sapi yang ditarget, waktu itu progres peningkatan populasi overtarget menjadi 3000 ekor lebih,” ujarnya. Menurutnya, rentan tahun 2016 hingga saat ini, tingkat populasi hewan ternak sapi di wilayah kerjanya bersangsur mengalami peningkatan, sampai hari ini diperkirakan jumlahnya hampir mencapai 6000 ekor populasi sapi. Namun tuturnya, setelah berakhirnya program Siwab gratis pada tahun 2016-2018 lalu, saat ini ada beberapa kendala yang dihadapai jajaranya dalam mengemban tugas. Para peternak sapi yang tadinya merasa terbantu oleh kawin suntik ternak sapi secara gratis dari pemerintah, setelah berakhirnya program Siwab, mereka harus secara swadaya atau mandiri saat melakuan IB. “ Setelah tidak gratis lagi, para peternak terkejut dan sedikit enggan untuk melakukan IB secara swadaya terhadap hewan ternaknya. Tapi kendala ini masih bisa ditanggulangi,” tutur Barkah.(sho)
Sumber: