Petani Terpaksa Berpaling dari Pupuk Subsidi
PALAS – Penggunaan pupuk non subsidi nampaknya harus diambil petani untuk memenuhi kekurangan pupuk, akibat adanya pengurangan pupuk bersubsidi pada tahun ini. Peralihan pemakaian pupuk non subsidi ini juga dianggap menjadi sosulusi lantaran adanya pengurangan dosis penggunaan pupuk bersubsidi. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Bali Jaya, Desa Bali Agung, Kecamatan Palas Dewo Aji Sastrawan mengatakan, dampak dari pengurangan jatah pupuk bersubsidi ini mautakmau membuat petani di desanya menggunakan pupuk non subsidi. Dibandingkan tahun 2020 lalu, pengurangan jatah pupuk bersubsidi memang cukup jauh. Seperti Urea dari 250 kilogram kini hanya menerima 150 kilogram per hektar. Sedangkan NPK dari 300 kilogram menjadi 100 kilogram. “Sangat jauh penurunan jatah ini, bahkan untuk SP36 pada tahun ini sudah tidak ada lagi. Penguran pupuk bersubsidi ini membuat petani harus menggunakan pupuk non subsidi,” ujar Dewo memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Selasa (23/2) kemarin. Dewo menjelaskan, sebelum adanya pengurangan jatah pupuk bersubsidi penggunaan pupuk bersubsidi dalam satu hektar tanaman padi mencapai sekitar 600 kilogram. Untuk mencapai jumlah tersebut petani harus membeli pupuk non subsidi agar tidak terjadi penurunan produksi padi, walaupun harganya cukup mahal. “Harga sangat jauh untuk urea saja harganya Rp 250 ribu per sak, kalau subsidi hanya Rp 112 ribu. NPK Rp 300 yang non subsidi. Namun itu tetap dibeli petani agar tidak ada penurunan produksi,” sambungnya. Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lampung Selatan Bibit Purwanto, pihaknya juga sudah mensosialisasikan adanya pengurangan jatah pupuk bersubsidi di tahun 2021 ini. Meskipun harga pupuk non subsidi cukup mahal, namun ini menjadi solusi untuk memenuhi kekurangan pupuk bersubsidi. “Walaupun harga pupuk non subsidi cukup mahal, solusi petani untuk mengatasi kekurangan pupuk bersubsidi,” terangnya. Pihaknya juga akan mengambil langkah, agar pupuk non subsidi ini selalu tersedia di setiap wilayah. Selain ia juga mengharapkan petani menggunakan pupuk organik. “Kita juga akan berkomunikasi dengan para distributor pupuk, agar bisa menyediakan pupu non subsidi di kios-kios. Harapan kami petani juga bisa memanfaatkan jerami sebagai pupuk organik,” harapnya. (vid)
Sumber: