Kerajinan Gerabah Kian Diminati
NATAR - Perajin gerabah di Kecamatan Natar, Lampung Selatan (Lamsel), menilai masa pandemi saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap bisnisnya. Sebab, kerajinan tangan di Dusun Sidoharjo, Desa Negara Ratu itu justru mengalami peningkatan penjualan. Pemilik Usaha Wawan F2 Keramik, Purna Irawan, menceritakan awal usaha gerabah digeluti masyarakat sejak 1995 silam. Saat itu warga pendatang dari Jawa datang ke Desa Sidoharjo untuk berjualan guci hias. Masyarakat tersebut juga melihat potensi tanah yang ada di desa tersebut cocok untuk dibuat guci. Dengan demikian masyarakat mulai mencobanya dan membuka usaha pembuatan gerabah. \"Tanah di sini dinilai cocok untuk bahan pembuatan kerajinan gerabah,\" kata Purna di tempat usahanya, Rabu (24/2). Dalam merintis usaha itu, terdapat banyak kendala yang ditemui, seperti terbentur krisis moneter pada 1997. \"Waktu itu guci harga termurahnya Rp17 Ribu, sekarang yang termurah Rp50 Ribu untuk ukuran 75 sentimeter,\" ujar dia. Namun, segala kendala itu dapat diatasi hingga terus berkembang besar saat ini. Bahkan, kini dia bisa memproduksi 15 jenis gerabah, seperti pot bunga, celengan, gusi hias, meja kursi teras, sovenir, bak mandi, genting, wastafel, dan lainnya. Pemasaran produknya itu dipesan dari berbagai daerah luar provinsi Lampung. \"Mereka mengambil dalam jumlah banyak, biasanya datang dan ada juga yang pengiriman ke toko,\" ungkapnya. Selain penjualan secara langsung, dia juga menjual melalui daring. Terlebih, di masa pandemi saat ini sistem itu membuatnya peningkatan pemesanan dengan rata-rata dia bisa menjual hingga 50 buah. \"Untuk penghasilan kotor satu bulan dapat meraup sekitar Rp35-Rp40 juta, kalau bersihnya sekitar Rp15 juta,\" katanya. Menurut dia, desa tersebut bisa disebut sentra UMKM kerajinan tangan terbesar di Sumatera, seperti gerabah, meubel, dan rotan. Khususnya gerabah yang diklaim hanya satu-satunya di Sumatera.(Kms)
Sumber: