Demplot Pestisida Picu Hasil Panen Memuaskan
RAJABASA - Penyuluh pertanian bersama kelompok tani di Kecamatan Rajabasa melaksanakan kegiatan demplot pestisida hayati. Salah satu bagian dari metode penyuluhan pertanian yang menjadi cara dalam menyampaikan materi penyuluhan pertanian kepada petani dilaksanakan di hamparan 21 hektar, dengan demplot 1 hektar. Kelompok tani (Poktan) Melati Jaya III, misalnya, melaksanakan kegiatan budi daya ramah lingkungan seluas 1 hektar. Kelompok asal Desa Banding ini sengaja menggunakan bahan ramah lingkungan ini juga didukung dari pihak lain, yakni pihak yang mempunyai produk dengan merk dagang pesnab dan pestor. Bahan aktif produk-produk itu bukan bahan kimian. Artinya, bahan yang dipakai adalah pestisida dan fungisida yang ramah lingkungan. Petani di kelompok itu melihat pertumbuhan tanaman dari awal hingga panen, hasil padinya cukup bagus. Berdasarkan pengamatan, dianggap cukup untuk perkembangan hama penyakit yang bisa terkendali. \"Karena agro ekosistem yang ada di lahan cukup bagus,\" ujar Ketua Poktan Melati Jaya III, Bakri, kepada Radar Lamsel, Selasa (13/7/2021). Di samping demplot pestisida ramah lingkungan, petani juga belajar tentang pengamatan di lahan mereka. Karena salah satu fungsi pengamatan adalah untuk mengetahui populasi hama yang ada di tanaman. Dengan begitu, petani bisa mengambil keputusan yang tepat dalam melaksanakan pengendalian. \"Jadi petani sudah tahu waktunya, kapan mereka mengendalikan hama penyakit di tanaman,\" ujar Penyuluh Pertanian Provinsi Lampung, Syafruddin. Berdasarkan ubinan, kata Syafruddin, didapat hasil panen 7,1 ton per hektar di lahan demplot. Jika dibandingkan dengan lahan non dempul, hasilnya lumayan jomplang. Petani mendapat hasil ubinan 5,3 ton per hektar di lahan non demplot. Artinya ada selisih 1,8 ton per hektarnya. \"Di lahan non demplot, petani rata-rata menggunakan pestisida 5-8 kali semprot dengan pestisida kimia,\" katanya. Sementara itu, aplikasi pestisida nabati menggunakan produk pestor dan pesnab belum bisa dinikmati secara luas oleh petani karena produk-produk tersebut belum ada di pasaran seperti kios maupun toko. Tetapi, pihak yang menyuplai produk tersebut bisa mengabulkan keinginannya petani yang ingin memesan. \"Kami siap suplai kalau ada petani, atau kelompok tani yang membutuhkan produknya,\" ujar Ivan, Bagian Pemasaran Lapangan PT. Bio Sarana Indonesia. (rnd)
Sumber: