Tak Ada Biaya, Orang Tua Hanya Bisa Berharap Uluran Tangan Dermawan

Tak Ada Biaya, Orang Tua Hanya Bisa Berharap Uluran Tangan Dermawan

RAJABASA – Susanti (18), warga Desa Canti, Kecamatan Rajabasa hanya bisa pasrah atas penyakit kanker wajah yang dideritanya sejak 7 bulan lalu. Penyakit kanker wajah yang diderita putri remaja pasangan Narta (60) dan Dariah (55) hampir menggerogoti seluruh wajahnya. Bahkan tubuh gadis remaja ini sudah mulai kurus dan sering kali Susanti menjerit kesakitan atas penyakit yang dideritanya. Bahkan penyakit ganas ini membuat Susanti sulit diajak bicara dengan jelas. Berbagai upaya dilakukan kedua orang tua Susanti untuk mengobati penyakit yang diderita anak ketiga (bungsu). Tidak hanya rumah sakit Kalianda dan Bandarlampung yang dituju kedua orang tua Susanti untuk mengobati penyakit kanker yang diderita anaknya itu. Narta (60) dan Dariah (55), orang tua Susanti pertama membawa anaknya berobat ke RSUD Bob Bazar Kalianda. Namun pihak rumah sakit milik Pemkab Lamsel ini tidak sanggup dan menyarankan berobat ke rumah sakit yang ada di Bandarlampung. Bahkan Susanti sempat menjalani operasi disalah satu rumah sakit di Bandarlampung. Namun sayang, hasil operasi tersebut tidak membuahkan hasil. Karena tidak ada perubahan, pihak orang tua Susanti langsung merujuknya ke RS Abdoel Moelek di Bandar Lampung. Lagi, rumah sakit yang dikelola pemerintah provinsi (Pemprov) Lampung itu tidak sanggup mengobati penyakit kanker wajah yang diderita Susanti. Bahkan pihak rumah sakit Abdoel Moeloek menyarankan agar Susanti dibawa ke Rumah Sakit Kanker Dharmais di Jakarta. Setelah dibawa menuju ke rumah sakit Kanker Dharmais Jakarta, ternyata rumah sakit tersebut juga tidak mampu dan menyarankan kepada kedua orang tua Susanti agar membawa anaknya ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Dirumah sakit Cipto Mangunkusumo, pihak rumah sakit menyatakan sanggup mengobati penyakit yang diderita Susanti dengan syarat harus rutin melakukan kontrol pengobatan 2 kali dalam seminggu. Mendapat persyaratan itu, kedua orang tua Susanti terpaksa mengurungkan niatnya untuk mengobati penyakit anaknya tersebut. Alasannya, bukan masalah biaya kontrol, tapi biaya keluarganya untuk hidup di Jakarta. \"Setelah Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyatakan sanggup. Mereka bilang kalau anak saya harus rutin melakukan kontrol seminggu 2 kali. Yang saya pikirkan bukan masalah kontrol, karena biaya kontrol bisa melalui BPJS tapi yang jadi pikiran saya dan keluarga, bagaimana saya hidup disana berhari-hari. Sedangkan untuk hidup dikampung saja sudah susah,\" kata Narta, orang tua Susanti, Minggu (10/7). Dengan kondisi keuangan yang tidak memadai, keluarga Narta mau tidak mau harus kembali ke Lampung. Bekerja sebagai tukang kayu dengan penghasilan yang tidak menentu membuat Narta mengurungkan niat untuk mengobati anaknya. Namun demikian, keluarga Narta terus mencoba melakukan pengobatan dengan cara lain. Tetapi bukan kesembuhan, melainkan bertambah parahnya penyakit yang diderita Susanti. Dengan kondisinya semakin memburuk, pihak keluarga hanya mampu berharap uluran tangan dari para dermawan untuk mengobati penyakit anaknya tersebut. “Awalnya penyakit yang diderita anak saya dari pilek biasa. Setelah satu minggu pilek tak kunjung sembuh sehingga menimbulkan noda hitam dihidungnya. Kemudian membuat Susanti sulit bernafas melalui hidung. Kondisi tersebut berlangsung berhari-hari sehingga menyebabkan hidung Susanti mengalami pembengkakan,” tutur Narta. Sampai saat ini, sudah ada beberapa bantuan yang datang dari pihak desa, kecamatan, PNPM dan organisasi masyarakat lainnya. \"Sudah ada beberapa bantuan yang datang dari desa, kecamatan, PNPM dan organisasi masyarakat. Saya mohon do\'anya supaya anak saya segera diberi kesembuhan dan bantuan dari pemerintah untuk membantu keluarga yang tidak mampu seperti kami,\"katanya. Melihat kondisi salah satu warganya yang terkena penyakit ganas itu, Kepala Desa (Kades) Canti Jahidin sangat berupaya untuk membantu. Menurutnya, Susanti adalah salah satu pelajar yang pintar sehingga sayang bila tidak melanjutkan sekolah. Bahkan Jahidin juga mengaku jika pihak Desa Canti dan Kecamatan Rajabasa sudah mengajukan proposal kepada Pemkab Lamsel, namun sampai saat ini belum ada tanggapan. \"Susanti adalah murid yang cerdas, jadi sangat disayangkan bila tidak melanjutkan sekolah. Pihak Desa Canti dan Kecamatan Rajabasa juga sudah mengajukan proposal kepada Pemerintah Kabupaten, semoga saja secepatnya ada tanggapan. Tidak lupa kami juga memohon agar para saudara dan saudari tergerak hatinya untuk membantu warga kami,\" pungkasnya. (CW1)

Sumber: