Jerat Tikus Beraliran Listrik Marak

Jerat Tikus Beraliran Listrik Marak

Padahal Petani Pernah Tewas Tersetrum

SIDOMULYO – Kasus kematian petani akibat terkena jerat tikut beraliran listrik yang diterjadi di Desa Titiwangi, Kecamatan Candipuro pada musih gadu tahun lalu, nampaknya belum membuat petani di Lampung Selatan jera menggunakan jerat tikus beraliran listri tersebut. Bahkan baru-baru ini pagar kawat beraliran listrik mulai marak digunakan petani Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo.  Petani terpaksa memasang kawat beraliran listrik lantaran tak mampu lagi mengendalikan hama tikus dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sidokarya, Slamet. Dari 800 hektar hamparan tanaman padi di Desa Sidowaluyo, sekitar 10 persennya telah terpasang jerat hama tikus beraliran listrik. “Sudah lumayan banyak yang pasang jerat listrik, terutama untuk lahan yang sudah dilewati jaringan listrik. Mungkin saat ini sudah ada sekitar 10 persen yang pasang dari total 800 hektar luas lahan kita,” kata Slamet memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Kamis (13/1). Slamet menuturkan, pemasangan jerat listrik ini merupakan langkah terakhir petani di tengah maraknya serangan hama tikus pada musim rendeng tahun ini. Lantaran upaya pengumpanan dan gropyokan tak mampu mengendalikan populasi hama tikus. “Sudah kita berikan imbauan, tapi kita juga enggak bisa maksa petani karena petani pinginya padinya bagus tidak dimakan tikus. Musim gadu kemarin saja saya enggak panen akibat hama tikus. Sebelumnya upaya pengendalian seperti pengumpan dan gropyokan sudah kita lakukan tapi belum hasil. Penangkaran burung hantu dan alap-alap sebagai pengendali hayati juga sudah pernah kita lakukan, tapi belum hasil karena jumlah predator alami kalah jauh dengan populasi tikus,” sambungnya. Sementara itu Kepala Desa Sidowaluyo Aroni mengungkapkan, untuk meminimalisir resiko kecelakaan, pemerintah desa juga telah memberikan imbauan kepada petani agar memperketat penjagaan. “Desa juga sudah memberikan imbauan agar tak pasang jerat listrik ini, karena kita melihat resikonya ini. Jerat listrik ini akan dioprasikan mulai jam enam sore sampai  jam enam pagi sebelum petani turun sawah. Kita minta agar memperketat penjagaan pada malam hari,” tuturnya. Selian itu, untuk mengurangi penggunaan jerat tikus beraliran listrik tersebu. Pemerintah Desa Sidowaluyo akan kembali memperkuat penangkaran burung hantu Tyto Alba, dan alap alap tikus sebagai predator alami hama tikus. “Ya akan kita coba melakukan penangkaran burung hantu, agar petani tak menggunakan jerat listrik ini lagi,” sambungnya. Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Sidomulyo, Teguh Parsetyo menuturkan sudah memberikan imbauan kepada petani untuk tidak menggunakan jerat listrik. Sebelumnya juga sudah adau upaya pengendalian pratanam pada November lalu dengan gropyokan. Namun itu belum membuahkan hasil lantaran dilakukan secara spot karena minim kehadiran petani. “Sosialisasi  sudah kita lakukan, jangan menggunakan jerat listrik karena bahaya. Bahkan pada november lalu pengendalian pratanam juga sudah kita lakukan, namun belum mampu mengendalikan hama tikus,” pungkasnya. (vid)

Sumber: