Pagi Divaksin, Sore Meninggal

Pagi Divaksin, Sore Meninggal

SRAGI – Upaya vaksinasi secara door to door Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rawat Inap Kecamatan Sragi menyebabkan satu warga Desa Marga Sari meninggal. Satu orang lansia 62 tahun bernama Juju, meninggal selang beberapa jam setelah  mendapat suntikan vaksin booster dari tim vaksinator Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Sragi pada Rabu (23/3) lalu. Sekretaris Desa Marga Sari, Osep Ramadan mengatakan, di hari yang sama setidaknya ada 20 warga yang mendapat vaksin yang dilaksanakan di rumah warga itu. pelaksanaan vaksinasi ini juga mendapatkan pendapingan dari perangkat desa setempat. “Tim vaksinator didampingi kadus. Vaksin ini juga dilakukan bagi warga yang mau saja. selain itu juga sudah dilakukan sesuai prosedur, ada screening sebelum disuntik vaksin,” kata Osep memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Kamis (24/3) kemarin. Sedangkan, sambung Osep, Juju mendapat suntikan vaksin pada pukul 10.00 pagi. Kemudian pada pukul 16.30. Warga Dusun Pematang Sari ini mulai merasakan pusing hingga pingsan. “Ibu Juju mulai merasa pusing hingga pingsan. Dan dinyatakan telah meninggal pada pukul enam sore kemarin. Pihak keluarga bu Juju sudah menerima kejadian ini sebagai musibah,” sambungnya. Sementara itu Kepala UPT Puskesmas Rawat Inap Puskesmas Rawat Jalan Kecamatan Sragi, Susiati menjelaskan, penyuntikan vaksin di Desa Marga Jasa itu dilakukan sudah sesuai dengan prosedur. Bahkan tekanan darah Juju masih berada 175/101 dan masih layak untuk mendapat suntikan vaksin. Pasien tersebut mendapat vaksin booster varian Pfizer. “Tindakan sudah prosedur bahkan ada kartu kendali dengan data lengkap paseien. Memang korban memiliki riwayat hipertensi, tapi pada saat screening tekanan darah bu Juju masih di 175/101masih layak untuk mendapat vaksin, kita juga memberikan jeda waktu 15 menit setelah disreening,” ucapnya. Susui menuturkan, pihaknya juga sudah melaporkan kronologi meninggalnya warga Desa Marga Sari itu kepada Tim Kejadian Ikutan Pasca Imuniasasi (KIPI) Lampung Selatan. Kemungkinan korban meninggal akibat Cardiac Arrest. “Hari ini kronologi vaksinasi hingga pasien meninggal sudah kita sampaikan ke KIPI. Komda KIPI menyimpulkan pasien meninggal disebabkan Cardiac Arrest atau henti jantung,” pungkasnya. Pada 3 Maret 2022 lalu, Penyaluran uang tunai BPNT di Kantor Pos Cabang Kalianda mencatatkan berita duka. Kartini (70), dikabarkan mengalami gangguan kesehatan setelah mengambil bantuan berupa uang tunai itu. Kartini langsung dilarikan ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Bob Bazar Kalianda. Informasi yang diterima Radar Lamsel, sebelum mengalami peristiwa pilu itu, Kartini bersama suaminya, Kasim, berangkat menuju ke Kantor Pos Cabang Kalianda dari Desa Agom, Kecamatan Kalianda. Sampai di lokasi, kedua pasangan itu langsung menunggu panggilan. Sekitar pukul 09.00 WIB, tensi darah Kartini diperiksa oleh tim medis pelaksana vaksinasi presisi Polres Lamsel. Kartini dinyatakan dalam keadaan sehat dengan tensi darah 140/80. Lalu, Kartini menjalani vaksinasi tahap kedua yang diberikan oleh tim vaksinasi dari Polres Lamsel yang bertugas di Kantor Pos Cabang Kalianda. 15 menit kemudian, karyawan Kantor Pos Cabang Kalianda memanggil nama Kartini supaya mengambil uang bansos. Usai membereskan urusannya dengan karyawan, Kartini lalu duduk lagi di kursinya sembari menunggu sertifikat vaksin kepada petugas kesehatan. Setelah beres, Kartini bersama Kasim pun berniat pulang. Di sinilah Kartini terjatuh ketika mengangkat kakinya yang hendak menaiki sepeda motor yang dikendarai Kasim. Kartini sempat berusaha bangun, tapi kembali terkapar lagi. Tenaga kesehatan bergegas membawa Kartini menuju ke rumah sakit Bob Bazar Kalianda. Tiba di rumah sakit pelat merah itu, Kartini langsung dibawa ke ruangan IGD. Keadaannya yang sudah lemah dengan detak jantung dan nafas tidak stabil. Kartini pun mengembuskan nafas terakhir sekitar pukul 09.40 wib. Petugas rumah sakit menyatakan bahwa Kartini telah meninggal dunia. Roni (46) anak kandung korban mengatakan ibunya memang hendak mencairkan BPNT di Kantor Pos cabang Kalianda. Disana, ibunya ditanyai ihwal kartu vaksin. “ Ibu saya nggak punya karna belum divaksin. Karena punya riwayat penyakit asma sama darah tinggi. Nah di Kantor Pos disuruh suntik dulu baru bisa ambil uang. Nggak ditanya dulu (punya riwayat penyakit.red) langsung suntik, akibatnya seperti itu,” kelu Roni sambil tersedu kehilangan ibunya. Roni bilang, ibunya sempat pingsan sebelum dilarikan ke RSUD dr. Bob Bazar SKM, Kalianda. Namun na’as nyawa wanita 70 tahun itu tak terselamatkan. “ Pingsan di kantor pos. Pingsan lalu dibawa kerumah sakit untuk memastikan penyebabnya, akhirnya di rumah sakit meninggal,” ungkap Roni kepada Radar Lamsel. Menurut Ani, warga Desa Agom, yang juga tetangga Kartini, mengatakan kalau wanita yang sudah lanjut usia itu memang sering mengalami sakit. Tetapi dia tidak tahu persis penyakit apa saja yang dialami oleh Kartini. \"Itu mah enggak tahu, ya. Kalau sakit-sakitan, memang. Sakit apanya saya juga enggak tahu,\" katanya. Tak hanya dua orang lansia itu saja yang meninggal usai menerima suntikan vaksin. Tahun lalu, Yatinem (81) lansia asal Dusun Banjar Sari, Desa Bangunan, Kecamatan Palas setelah menirima suntikan vaskin hingga saat ini masih mengambang. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Rawat Jalan Kecamatan Palas sampai hari kedua meninggalnya Yatinem, juga masih menunggu penyelidikan dari tim Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI). Kepala UPT Puskesmas Rawat Jalan Kecamatan Palas, Yasir  menceritakan,  Yatinem mengikuti pelayanan vaksin di Paud dilingkungan Dusun Banjar Sari. Ia menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis pertamanya sekitar pukul 10 pagi. “Sebelum menerima suntikan vaksin, screening sudah dilakukan sesuai prosedur. Dan ibu Yatinem tidak ada keluhan sakit atau penyakit bawaan,” kata Yasir memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, di Kantor Kecamatan Palas, Senin (8/11) kemarin. Setelah menirma mendapat vaksin Yatinem kemebali ke rumahnya dan melanjutkan aktivitasnya sebagai pedagang sembako. Pada pukul 12 siang Yatinem keluar rumah untuk mengantar jagung pipil yang berjarak 200 meter dari rumahnya. “Pada saat mengantar jagung seberat lima kilogram di warung itu, ibu Yatinem pingsan. Itu sekitar pukul satu siang tenaga kesehatan juga langsung datang, dan ibu Yatinem sudah meninggal,” sambungnya. Hingga hari kedua setelah meninggalnya Yatinem, UPT Puskesmas Rawat Jalan Kecamatan Palas belum bisa memastikan penyebab meninggalnya lansia 86 tahun itu. “Yang bisa menentukan itu tim KIPI. Sampai sekarang kami juga masih menunggu, dan sampai sore ini tim KIPI juga belum turun ke Palas,” ungkapnya. Meski begitu, peristiwa nahas itu tak menghambat berjalannya vaksinasi di Kecamatan Palas. “Sampai sekarang vaksin masih berjalan, kita juga terus mengedukasi untuk lansia agar didampingi. Kemudian masyarakat juga harus jujur tidak ada penyakit bawaan,” terangnya. Putra Yatinem, Wagiyo (45) mengungkapkan, selama ini ibunya tak pernah mengidap penyakit kronis. Namun ia juga memastikan penyebab kepergiaan ibunya itu juga bukan karena disebebabkan oleh vaksin Covid-19. Pada saat mendapatkan pelayanan vaksin Yatinem juga berangkat sendiri tanpa didampingi keluarga. “Ibu saya hari itu ya sehat. Tapi menurut saya kepergian ibu saya juga bukan karena vaksin. Sebab beberapa hari sebelum kepergiaannya, saya sudah ada firasat, ibu saya kalau ngomong itu sudah beda. Sudah ada tanda-tanda,” pungkasnya. (vid) Terpisah, Anggota KIPI Kabupaten Lampung Selatan dr. Wahyu Wibisana mengatakan bahwa KIPI Kabupaten sudah turun pasca kejadian tersebut. Meski begitu pihaknya masih menunggu KIPI pusat atas kejadian ini guna memperjelas penyebab kematian lansia tersebut. “ Sudah turun KIPI kabupaten, setelah kejadian itu mencuat tim yang terdiri dari Dinas Kesehetan, IDI sudah turun kesana. Tapi memang KIPI pusat yang belum turun, nah kita tunggu mereka (pusat) karena merekalah yang berkompeten setelah memeriksa hasil dari pendataan dibawah,” ujar dokter Wahyu sereya menegaskan bahwa KIPI Lamsel sudah turun dan mengecek kejadian tersebut. (vid)

Sumber: