Harga Jagung Turun

Harga Jagung Turun

PENENGAHAN - Anjloknya harga jagung membuat petani pada musim panen ini merenung. Harga jagung per kilonya saat ini menyentuh angka Rp4.700. Lebih rendah Rp600 jika dibandingkan dengan harga pada musim panen sebelumnya yang harga jualnya di angka Rp5.300. Harga itu jauh di bawah ekspektasi para petani jagung. Memang, petani masih untung. Tetapi keuntungan yang didapatkan tidak sebesar seperti musim panen beberapa waktu lalu. Kondisi inilah yang membuat petani merenungi kemerosotan harga jual jagung. Dani, salah satu petani jagung di Kecamatan Penengahan, mengamini jika modal yang dikeluarkan untuk sekali musim tanam memang di angka belasan juta. Persiapan pertama adalah kebutuhan bibit jagung. Per hektar, petani bisa menghabiskan 3 sak bibit, yang harga persaknya mencapai Rp550 ribu. Artinya dalam 1 hektar, petani mengeluarkan duit sebesar Rp1650 hanya untuk bibit saja. Lalu kebutuhan pupuk yang dibeli dari kelompok tani. Per hektar, petani menghabiskan sedikitnya 3 kwintal pupuk. Harga pupuk itu per kwintal mencapai Rp260 ribu. Berarti, petani harus merogoh kocek sebesar Rp780 ribu. Kebutuhan ini masih ditambah dengan pupuk non subsisi yang harga per kwintalnya mencapai Rp730 ribu. Untuk mencukupi kebutuhan lahan jagung seluas 1 hektar, petani harus menebar 3 sak pupuk non subsisi. Artinya, petani lagi-lagi wajib mengeluarkan duit sebesar Rp2,1 juta. Modal tersebut masih ditambah lagi dengan upah tukang unduh. Per karung, petani mengupah tukang Rp10 ribu. Itu belum ditambah dengan modal lain. Misalnya memberi upah penanaman bibit, upah pemupukan, upah perawatan, belum lagi biaya sewa lahan.

\"Modalnya lumayan banyak, tapi untungnya ini sedikit,\" ujarnya kepada Radar Lamsel, Sabtu (2/7/2022).
Amru, petani lainnya, meminta Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan untuk meninjau kembali harga jual jagung. Amru menilai langkah itu diperlukan supaya instansi terkait mengetahui penyebab turunnya harga jagung.
\"Saya kira Pak Bibit (Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan) perlu turun ke bawah. Jangan ke sana ke mari terus, tapi hasilnya nol,\" katanya. (rnd)

Sumber: