‘Raja Tega’ Paksa Bocah 8 Tahun Makan Daun Sawit dan Alpukat Muda
CANDIPURO – Perlakuan seorang pemilik kebun sawit di Desa Karya Mulya Sari, Kecamatan Candipuro yang memaksa dua orang bocah delapan tahun untuk memakan buah alpukat muda dan daun sawit mencoreng prdikat Lampung Selatan Sebagai kabupaten layak anak. Padahal baru-baru ini predikat layak anak Kabupaten Lampung Selatan telah naik tingkat dari pratama menjadi madya. Sayangnya predikat itu tercoreng dengan perlakuan pengusaha kebun sawit asal Candipuro itu. Kasus pemaksaan ini bermula B (8) dan A (8) ketahuan mencabut tanaman sawit milik Kamim. Tak menerima tanaman sawit yang baru ia tanam dirusak, Kamim akhirnya mencari kedua bocah tersebut. “Kejadiannya 10 Juli kemarin pas lebaran haji. Saya dipanggil ke rumah teman ponakan saya (A). Setibanya disana saya melihat ponakan saya sedang disuruh memakan daun sawit muda,” kata SY orang tua asuh A saat dihubungi Radar Lamsel, Senin (1/8). Sebelum dipaksa menelan pahitnya alpukat mudan dan daun sawit, Kamim sempat penawaran ganti rugi. Namun ditolak, lantaran Kamim mini mendidik B dan A yang telah mencabut tanaman sawit dan mengambil buah alpukatnya. “Orang tua teman keponakan saya sempat menawarkan ganti rugi, Mas. Tapi ditolak karena pak kami mau memberi pelajaran. Biar jera sekalian takut sekalian, katanya. Saya juga enggak bisa menolak karena merasa anak saya salah, tapi batin saya merasa kasihan melihat keponakan saya diperlakukan seperti itu, saya juga takut karena keponakan saya juga salah,” tuturnya. Kepala Desa Karya Mulya Sari, Warno, kasus ini heboh dalam beberapa hari belakangan. Perlakuan Kamim terhadap dua bocah delapan tahun ini juga dinilai tidak manusiawi. “Orang tua korban tidak melapor ke pamong desa. Setelah kasus ini heboh kedua orang tua korban baru kita panggil ke kantor desa kemarin,”sambungnya. Warno juga tak menepis, kedua orang tua korban telah menawarkan ganti rugi kepada Kamim. Namun tawaran itu ditolak dan memilih jalan untuk memberi pelajaran kepada kedua bocah laki-laki tersebut. “Orang tua asuh A, juga sempat memoto saat kedua bocah ini disuruh makan daun sawit dan alpukat muda. Tapi di hapus, mungkin takut. Perlakuan ini tentu saja tidak etis, walaupun salah tindakan ini tidak pantas dilakukan kepada anak kecil,” pungkasnya. Radar Lamsel sudah menghubungi Camat Candipuro, Solatan. Namun yang bersangkutan belum merespon ketika wartawan surat kabar ini berupaya memintai tanggapannya ihwal kelakuan pengusaha sawit yang tidak manusiawi tersebut.(vid)
Sumber: