Banjir Pukul Petambak

Banjir Pukul Petambak

SRAGI - Luapan Sungai Sekampung selama selama empat hari belakangan menyebabkan puluhan hektar tambak udang terendam banjir. Ketua Kelompok Budidaya Perikanan (Pokdakan) Mina Jaya, Desa Bandar Agung, Jamal mengatakan, setidaknya ada 25 hektar tambak di wilayah paret 1 hingga paret 3 yang terendam banjir akibat meluapnya Sungai Sekampung ini. Sebagian besar tambak yang terendam banjir merupakan tambak udang windu dan bandeng di Dusun Sumber Jaya.

\"Yang terendam itu tambak tradisional. Air sampai limpas melewati tanggul bahkan ada tanggul tambak yang jebol,\" kata Jamal kepada Radar Lamsel, Senin (31/10) kemarin.
Jamal mengungkapkan, akibat bencana sejumlah petambak udang mengalami kerugian hingga Rp 4 juta untuk satu hektar lahan.
\"Udang dan ikan bandeng hanyut terbawa air. Upaya kita cuma ditangkap pakai jala saja itupun sedikit yang dapat. Rata rata petani mengalami kerugian hingga Rp 4 juta per hektar,\" sambungnya. Nasib malang juga dialami oleh Budi (30). Petambak  udang vaneme asal Dusun Umbul Besar ini mengalami kerugian hingga Rp 10 Juta. \"Sudah mau dipanen ini, Mas. Tapi datang banjir, udang yang ada didalam tambak habis. Untuk modal bibit saja sudah Rp 6 juta belum pakan selama perawatan sudah pasti Rp 4 juta,\" ungkapnya.
Anggota Kampung Siaga Bencana (KSB) Desa Bandar Agung, Sudarto mengungkapkan di hari ketiga  ketinggian banjir sudah mulai menurun dibanding pada pekan lalu. Namun masyarakat tetap diimbau untuk waspada.
\"Baik di tambak atau dipemukiman sudah turun airnya. Tapi masyarakat kita imbau tetap wapada, posko KSB hingga saat ini masih kita siagakan,\" pungkasnya.
Di sisi lain, ratusan hektar tanaman padi di wilayah Palas terancam banjir akibat meningkatnya debit air jaringan irigasi. Debit air meningkat lantaran Sungai Sekampung tengah meluap selama beberapa hari belakangan. Pendataan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Palas, meningkatnya debit air saluran irigasi tersebut setidaknya mengancam 600 hektar tanaman padi. Kepala UPT Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Palas, Tarmijan mengatakan, bahkan 200 hektar tanaman padi siap panen juga terendam banjir namun tidak sampai menyebabkan kerugian.
\"Kalau Sabtu pekan lalu  di Pulau Jaya air memang sudah merendam tanaman padi yang lagi dipanen. Tapi hari ini sudah mulai kering dan langsung dipanen oleh petani,\" kata Tarmijan kepada Radar Lamsel, Senin (31/10).
Tarmijan mengungkapkan, setidaknya hingga saat ini ada sekitar 600 hektar tanaman padi yang masih terancam banjir akibat luapan Sungai Sekampung. Ratusan hektar hamparan tanaman padi itu tersebar di Desa Pulaujaya, Bumirestu, Bali Agung, Mekar Mulya, Palas Jaya, Pulau Tengah, dan Desa Bandanhurip.
\"Ada sekitar 600 hektar hamparan yang terncam banjir yang berada di tujuh desa. Dan ini padi di usia menjelang panen,\" sambungnya.
Tarmijan mengaku, selain melakukan perbaikan tanggul guna meminimalisir banjir, petani juga melakukan gotong royong membersihkan aliran saluran irigasi.
\"Di Bali Agung, Pulaujaya, dan Bumi Restu saluran air sudah dibersihkan dari tanaman encengondok agar aliran air lancar. Harapan kita kedepan Sungai Sekampung cepat surut sehingga tanama padi bisa aman,\" harapnya.
Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan mengambil langkah strategis guna mengamankan produksi padi dan ketersediaan stok beras. Salah satunya, dengan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Stabilitas Harga dan Serapan Gabah, yang berlangsung di ruang Sekdakab Lampung Selatan, Senin (31/10) kemarin. Rakor tersebut dipimpin langsung oleh Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan, Thamrin, S. Sos, MM dan dihadiri oleh jajaran Pemerintah Daerah, Pimpinan Cabang Pembantu Bulog Kalianda, Darul Lim Octo serta perwakilan pengusaha penggilingan padi dari Kecamatan Palas. Dalam penyampaiannya, Thamrin mengatakan, rakor ini terkait petani akan menghadapi panen dan pasca panen setelah terjadi kebanjiran. Dan juga terkait dengan isu harga gabah yang kurang pasti akibat persoalan tersebut.
“Jika harga gabah mahal nanti pengusaha berkendala. Karena kalau harga rendah petani juga menjerit. Oleh karena itu bagaimana harga gabah ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga daya beli masyarakat dan harga jual beras juga meningkat,” ujar Thamrin. “Ini salah satu tugas kita untuk menstabilkan harga bahan pokok. Karena jika suatu saat negara nanti akan menghadapi krisis ataupun terhadap bencana yang lain kita sudah siap, sehingga tidak terjadi kerugian yang besar,” imbuhnya.
Thamrin menegaskan, pada saat musim basah produksi padi lebih besar dari pada musim kering. Maka diperlukan pengelolaan ketersediaan yang baik sehingga tidak ada gejolak permintaan dan gejolak harga di masyarakat. Lebih lanjut dia mengungkapkan, penggiling padi merupakan salah satu pihak yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga ketersediaan pangan khususnya beras. Pengelolaan yang profesional menjadi tujuan keberhasilan stabilitas serat gabah yang menjaga harga ditingkat petani.
“Ketahanan pangan harus terus ditingkatkan salah satunya adalah memperkuat sinergitas. Sebagai upaya menghasilkan suatu terobosan yang dapat memotret segala tantangan mengoptimalkan peran penggilingan-penggilingan padi kecil diharapkan juga dapat menjaga stok beras, harga dan kualitas,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Lampung Selatan, Bibit Purwanto menjelaskan, tahun 2021 Kabupaten Lampung Selatan mengalami surplus beras. Berdasarkan angka BPS luas panen padi 51.178 hektar (ha).
“Produksi gabah kering (GKG) sebesar 330.326 ton dan jika dikonversi menjadi beras sebanyak 193.526 ton. Sedangkan jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2021 berjumlah 1.057.664 jiwa dengan kebutuhan konsumsi 80,88 kg/kapita/tahun. Maka konsumsi beras masyarakat Lampung Selatan sebesar 85.543,86 ton. Sehingga pada tahun 2021 Kabupaten Lampung Selatan surplus beras 107.982, 14 ton,” jelasnya. “Perkiraan luas panen Januari hingga Desember tahun 2022, seluas 70.267 ha dan untuk perkiraan sasaran sarapan gabah untuk panen pada bulan November dan Desember ± 4.232 ha dengan target produktivitas rata-rata 6,5 ton/ha, sehingga produksi yang masih tersisa ± 27.508 ton gabah kering panen,” pungkasnya. (vid/idh/rls/red)

Sumber: