Sopir Angdes Bakal Dapat Rp 900 Ribu

Sopir Angdes Bakal Dapat Rp 900 Ribu

KALIANDA – Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan melalui Dinas Perhubungan (Dishub) Lamsel akan menggelontorkan bantuan tunai kepada 50 sopir angkutan pedesaan (angdes). Bantuan ini untukA membantu mereka akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kepala Dishub Lamsel, Drs. H. M. Darmawan, MM menjelaskan, pihaknya memastikan bantuan tersebut bakal dikucurkan dalam waktu dekat. Sebab, saat ini masih menunggu Surat Keputusan (SK) Bupati Lamsel untuk merealisasikan program perlindungan terhadap inflasi pasca kenaikan BBM tersebut.

“Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini sudah bisa disalurkan bantuannya. Karena kita tinggal menunggu SK Bupatinya turun. Begitu SK selesai, bantuan langsung kita salurkan,” ungkap Darmawan di Kantor Bupati Lamsel, Senin (7/11) kemarin.
Dia menambahkan, bantuan yang akan diberikan kepada para sopir angdes itu nilainya sebesar Rp300.000 per bulan. Informasinya, bantuan yang akan diterima selama 3 bulan atau untuk periode Bulan Oktober – Desember 2022.
“Bantuan ini akan diberikan kepada 50 supir angkutan pedesaan yang beroperasi di Lampung Selatan. Jadi, total bantuan yang diterima masing-masing sopir sebesar Rp900.000,” imbuhnya.
Lebih lanjut Darmawan mengatakan, mekanisme penyaluran bantuan itu akan dilaksanakan oleh pihak Kantor POS. “Jadi kita tidak perlu repot-repot lagi untuk membagikan bantuan ini. Nanti mereka yang dinyatakan dapat bisa langsung ke Kantor POS,” pungkasnya. Radar Lamsel sempat menyorot nasib angdes di tengah kenaikan harga BBM bersubsidi. Isha (40), sopir Angdes jurusan Kalianda – Bakauheni mengamini bahwa nasib mereka di era millenial semakin terseok-seok, di tambah kenaikan harga BBM semakin menjerumuskan masa depan angkutan pedesaan model ini.
“ Situasinya tidak seperti dulu, sekarang lebih banyak ngetem dari pada narik. Kalau tak pintar-pintar cari pelanggan ya tidak bisa balikin modal bensin, malah sekarang BBM naik haduh,” ucapnya menghela nafas dalam-dalam.
Pria yang sudah puluhan tahun bergelut di dunia angkutan umum ini tak dapat berbuat banyak. Meski jurusan Kalianda – Bakauheni masih ada namun paling sering penumpang hanya sampai di Kecamatan Penengahan.
“ Trayek ke Bakauheni masih tetap ada, yang tidak ada itu penumpangnya. Kalau dulu masih banyak siswa dari Bakauheni bersekolah di Kalianda. Sekarang sudah jarang sekali paling hanya sampai Pasar Blambangan dan Pasuruan saja,” ungkapnya.
Selain terkikisnya minat pengguna Angdes, tidak tetapnya tarif angkutan satu dengan yang lainnya menyebabkan transportasi ini tidak seragam meski dalam satu jurusan. Sebab masing-masing supir harus pintar-pintar untuk menambah pemasukan dan meminimalisir pembengkakan BBM.
“ Tarifnya berbeda-beda, Kalianda – Bakauheni. Jarak dekat untuk umum dan anak sekolah pun menyesuaikan saja,” kata dia.
Masih kata Isha, saat ini masih terdapat sekitar 50 unit armada jurusan Kalianda – Bakauheni. Namun yang beroperasi tak sampai 50 persen dari jumlah keseluruhan.
“ Banyak yang ngandang serta ngetem, yang ngetem saja bisa sampai 20 armada di Bakauheni tidak jalan sama sekali. Sementara yang dikandangkan oleh pemiliknya juga banyak,” ucapnya.
Pelaku usaha angkutan pedesaan berharap kenaikan BBM tidak menjadi pembunuh moda transportasi umum. Sopir angdes berharap hal ini menjadi perhatian pemerintah kabupaten dalam mengambil setiap kebijakan dan keputusan yang berpihak pada Angdes, bukan malah sebaliknya. Berdasar pantauan, di ibu kota Kabupaten Lampung Selatan, Angdes hanya melayani tiga jurusan saja. Diantaranya Kalianda – Bakauheni, Kalianda – Sidomulyo, dan Kalianda – Rajabasa. Khusus rute Kalianda – Rajabasa sudah mulai jarang terlihat beroperasi. Sedangkan pelayanan Kalianda – Sidomulyo masih aktif dijumpai meski jam operasionalnya hanya pada waktu tertentu mulai pukul 06.00 – 16.00 WIB. (idh)

Sumber: