LSD Meresahkan Peternak Sapi
Ilustrasi Gambar--
PALAS, RADAR LAMSEL.COM - Serangan virus Lumpy Skin Diase atau LSD mulai meresahkan para peternak sapi di wilayah Palas. Bahkan dalam satu bulan terakhir virus ini telah mewabah di sejumlah desa.
Rahmad (47) salah satu peternak sapi di Desa Kalirejo mengatakan, serangan virus ini mulai mewabah di wilayah Palas. Bahkan sapi miliknya juga ikut terinfeksi penyakit kulit infeksius yang disebakan oleh virus Poxviridae tersebut.
"Serangan penyakit kulit pada ternak sapi ini mulai meresahkan peternak, Mas. Bahkan ternak sapi saya juga ikut terpapar," kata Rahmat kepada Radar Lamsel, Sabtu (2/7) kemarin.
Rahmad mengungkapkan, gejala awal serangan penyakit ini muncul benjolan kecil pada kulit ternak sapi. Ia mengaku, dari empat ekor ternak sapi yang ia pelihara kini sudah dua ekor yang terpapar virus LSD.
BACA JUGA:Polres Lamsel Rayakan HUT Bhayangkara, Kasat Resnarkoba Tidak Ada?
"Kejala awalnya muncul benjolan kecil kemudian membesar hingga mengeluarkan nanah. Dari empat ekor sapi yang saya pelihara sudah dua ekor yang kena penyakit kulit ini," ungkapnya.
Di Desa Bumi Restu serangan virus LSD ini juga telah menyerang ternak sapi milik warga. Kepala Desa Bumi Restu Sukiman menuturkan, hingga saat ini setidaknya sudah ada lima ekor sapi milik warganya yang terjangkit LSD.
"Sekitar lima ekor sapi yang sudah tertapapar penyakit kulit ini, belum punya saya ada tiga ekor yang terinfeksi penyakit LSD," sambungnya.
Menurut sukiman serangan virus ini juga mulai meresahkan para peternak. Sebab dengan kemunculan virus ini harga sapi merosot. Sementara upaya vaksin dai Puskeswan Kecamatan Palas di desanya belum terlaksana.
"Sapi yang belum terpapar saja harganya sekarang ikut turun. Apalagi yang sudah terinfeksi bisa sampai 50 persen turun harga, saya saja beli sapi Rp 16 juta setelah kena LSD cuma laku Rp 7 juta," pungkasnya.
Kepala Disnak dan Keswan Lamsel, Ir. Rini Ariasih menyebutkan, berdasarkan pantauan dan pengecekan di sejumlah lapak penjualan hewan kurban sebelum Idul Adha. Pihaknya, belum menemukan indikasi adanya penyakit pada hewan kurban yang dijual dipasaran.
"Dari hasil pengecekan di lapak-lapak penjualan hewan kurban secara umum, hewan kurban dalam keadaan sehat dan tidak ditemukan hewan kurban yang menunjukkan gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan penyakit Lumpy Skin Desease (LSD)," ujar Rini Ariasih kepada awak media.
Namun demikian, pihaknya masih menemukan beberapa ekor hewan ternak yang belum cukup umur di lapak penjual hewan kurban. Akan tetapi, hewan ternak tersebut dijual bukan untuk kurban melainkan untuk ternak bakalan atau untuk dipelihara.
"Petugas Disnakkeswan hanya menemukan ada beberapa ekor kambing menunjukkan gejala ringan seperti pilek. Tapi tidak berbahaya, karena efek perubahan cuaca. Yang belum cukup umur kami tekankan untuk tidak dijual sebagai hewan kurban," imbuhnya. (vid)
Sumber: