Debat Putaran Dua Berlangsung ‘Panas’

Debat Putaran Dua Berlangsung ‘Panas’

KALIANDA – Debat publik putaran kedua yang digelar KPU Lampung Selatan khusus calon wakil bupati Lamsel di Grand Elty Krakatoa di Desa Merakbelantung, Kecamatan Kalianda, Sabtu (7/11), berlangsung ‘panas’. Selain tempat pelaksanaan yang dinilai kurang menampung banyaknya pendukung tiga pasangan calon, materi debat yang bersegmentasi agama, kebudayaan, sosial masyarakat dan pariwisata itu juga menjadi ajang serang menyerang antar kandidat calon wakil bupati. Khususnya antara calon wakil nomor urut 2 H. Eki Setyanto dan calon wakil nomor urut 3 Nanang Ermanto. Pelaksanaan debat yang memakan waktu sekitar 2 jam itu pun berlangsung panas. Ditambah lagi pendukung dua kandidat yang saling mengumandangkan yel-yel. Awalnya debat publik yang dimulai pukul 14.00 WIB berjalan biasa-biasa saja. Debat yang dimoderatori Dewan Pers perwakilan Lampung Oyos Saroso berjalan sesuai tata tertib. Segmen pertama adalah masing-masing kandidat menyampaikan visi-misinya. Dalam segmen ini calon diberikan waktu selama dua menit untuk memaparkan visi-misi. Namun yang paling mencolok, cawabup Eki Setyanto membacakan teks visi-misi yang diberikan tim suksesnya. Sementara cawabup Jawawi dan cawabup Nanang Ermanto tidak tekstual. Segmen selanjutnya, moderator memberikan pertanyaan kepada para kandidat. Segmen kedua moderator memberikan pertanyaan dari para dewan pakar yakni akademisi dari IAIN Dr. Abdul Syukur dan akademisi FISIP Unila Dr. Sindu. Namun, setelah segmen demi segmen dilalui, pada segmen tanya jawab antar calon kondisi makin memanas. Situasi memanas ini dimulai dari pertanyaan yang diungkapkan calon wakil Bupati Ahmad Ngadelan Jawawi. Calon wakil nomor urut 1 yang berpasangan dengan KH. Soleh Bajuri ini memberikan pertanyaan kepada cawabup H. Eki Setyanto.”Pak Eki, coba sih berbagi pengalamannya selama menjadi wakil bupati. Bagaimana caranya agar memimpin Lampung Selatan dengan serasi dan sejalan. Karena saya mau jadi wakil bupati,” ungkap Jawawi. Pertanyaan itu memang cukup mengejutkan. Sebab, publik di Bumi Khagom Mufakat ini menilai selama ini Eki yang notabennya adalah Ketua DPC Partai Demokrat Lamsel kerap tidak di’pakai’ selama lima tahun. “Ya, pak Jawawi. Sesuai UU No. 32 tentang pemerintahan daerah, tugas-tugas wakil bupati sudah jelas diatur. Yakni membantu pelaksanaan tugas-tugas pemimpin daerah atau bupati. Jadi, tidak benar jika saya tidak difungsikan sebagai wakil. Saya tidak difungsikan karena saya sakit bertahun-tahun,” jawab Eki. Senada dengan Jawawi. Calon wakil bupati nomor urut 3 Nanang Ermanto juga mengajukan pertanyaan yang sama. Bahkan, Nanang meminta Eki membuka hal yang dinilai penuh kepura-puraan. “Saya ini enam tahun menjadi anggota dewan. Saya bergaul dengan pak Eki. Jadi, saya tahu isinya bagaimana. Jangan berbohong lah pak,” ungkap Nanang. Eki Setyanto kembali menjawab. Dia kembali membantah ada ketidakharmonisan antara dirinya dan H. Rycko Menoza selama memimpin Lampung Selatan. Menurut Eki, selama menjadi wakil bupati ia kerap diberikan tugas-tugas dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Diantaranya mengenai PDAM, kisruh Koperasi Mina Dermaga dan persoalan-persoalan lainnya. “Saya tidak pernah bergaul dengan pak Nanang. Emangnya kalau saya bekerja dan diberikan tugas oleh bupati saya, harus lapor sama pak Nanang?,” tanya Eki lagi. Isu keretakan bupati dan wakil bupati Lamsel periode 2010 – 2015 memang mengemuka dalam debat publik itu. Isu tersebut juga menjadi topik dalam perdebatan. Padahal, segmentasi debat tersebut bertema agama, kebudayaan, sosial kemasyarakatan dan pariwisata. Sementara itu, Ketua KPU Lampung Selatan Muhammad Abdul Hafids mengaku bakal mengevaluasi kegiatan debat publik putaran dua agar agenda debat publik putaran ketiga yang bakal diikuti oleh semua pasangan calon. “Utamanya mengenai tempat. Tempat ini (Grand Elty) sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa. Namun, dengan keterbatasan memang ternyata masih kurang besar. Kita akan evaluasi kedepan. Supaya semuanya terakomodasi baik pendukung calon maupun keleluasaan media dalam melakukan peliputan,” ungkap Hafids. (edw)

Sumber: